Selasa, 16 September 2014

pengaruh pupuk super flowring pada tanaman kakao


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, yang telah memberikan kekutan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan proposal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Super Flourishing Dan Gandapan Maxima Terhadap Pertumbuhan Vegetatip Bibit Kakao (Theobroma kakao)
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar  besarnya kepada :
Bapak : Faisal.SP.SMI
selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang telah di berikan kepada penulis sejak awal sehingga selesainya penulisan proposal ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayhanda dan Ibunda serta  teman – temanku yang selalu mendoakan  dan memberi motivasi serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesiakan penulisan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari sempurna, namun demikian, penulis berharap semoga karya  yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridha dari Allah SWT Amin.





Releut,  Oktober 20011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR                                                                                                             i
DAFTAR ISI                                                                                                                           ii
Bab 1.                        PENDAHULUAN
Latar belakang                                                                                                                    1
Tujuan penelitian                                                                                                              
Hipotes                                                                                                                                 
Kegunaan penelitian
Bab 2.                        TINJAUAN LITERATUR
Sistematik tanaman kakao
Syarat tumbuh tanaman kakao
Iklim
Tanah
Perendaman biji untuk bibit
Pengaruh  Super Flourishing dan
Gandapan maxima terhadap pertumbuhan
Mekanisme masuk nya unsur hara melalui daun
Bab 3.                        BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu
Alat dan bahan
Metode penelitian

Bab 4.                        PELAKSANAAN PENELITIAN
1.     Pembuatan naungan
2.     Pembuatan plot perlakuan
3.     Pengisian tanah dalam polybeg
4.     Perkecambahan biji
4.1.Perlakuan biji kakao yanng akan di kecambahkan
4.2.Penyemaian biji kakao
5.Pemindahan kecambah ke polybeg
6.Pemberian pupuk Super Flourishing dan gandapan maxima
7.Pemeliharaan bibit
7.1.Penyisipan
7.2.Penyiraman
7.3Penyiangan
7.4Pemupukan
7.5Pengendalian hama dan penyakit
8.Parameter pengamatan
8.1.Tinggi tanaman  dalam (cm)
8.2.Diameter batang dalam (mm)
8.3Jumlah daun daalam (helay)
8.4.Luas total daun dalam ( )
8.5.Berat basah dalam (gram)
8.6Berat kering dalam (gram)
DAFRAT PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1  PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao). Berasal dari hulu sungai Amazone dan daerah daerah hutan tropis lain nya di Amerika Tengah dan selatan (Soeyoto,1986).
Tanaman kakao merupakan tanaman yang saat sekarang kurang di gemari untuk di budidayakan, sehingga prospek kakao di indinesia saat ini kurang baik (Erwin,1988).
Bagi Sumatra sendiri, tanaman Kakao merupakan kultura baru bila di bandingkan dengan tembakau deli,teh,karet dan kelapa sawit yang sudah di usaha kan lebih dahulu di daerah ini. Makapada tahun 1952 sampai 1960 beberapa perkebunan di Sumatra mulai mencoba menanam coklat dengan jenis DR yang merupakan keturunan Trinitarius, dan sampai tahun 1972 / 1973 pengusahaan Kakao mulai berkurang. Tetapi pada tahun 1972 / 1973 dengan masuk nya bahan tanaman kakao bulk di Sumatra dari Malasya, kembali membuka sejarah di perkebunan yang pada akhir ini sedang digalakkan pengembangnya (Sumarli,1983).
Pada masa yang akan datang, komoditi biji coklat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya seperti kelapa sawit dan karet. Setidaknya dariluas areal pertanaman maupun sumbangannya kepada negara sebagai komoditi ekspor,dan tujuan untuk memanfaatkan sumberdaya (siregar.et al,1988), sebagai sumber devisa, meningkatkan pendapatan petani dan memenuhi konsumsi (Annonimus,1981).
Sejalan dengan rencana tersebut berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan kakao. Perbaikan tehnik budidaya yang pada akhirnya akan membawamanfaat besar di antaranya tehnik pembibitan yang efisien (Siregar, et al.1988).
Didalam pengembangan kakao di indonesia masalah bibit merupakan masah yang penting sekali. Persediaan bibit yang baik pada pertanaman merupakan salah satu bagian dari persiapan – persiapan dalam encana penanaman kakao (Sunaryo dan Sitomorang,1978).
Pembuatan bibityang baik dan sehat merupakan faktor penting untuk memperoleh tanaman yang baik dilapangan dan produksi yang dihasilkan dikemudian hari banyak tergantung pada suksesnya pertumbuhan bibit (Siregar, et al.1988).
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik dan sehat, selain harus diperhatikan  faktor lingkungan dan faktor genetis, juga diusahakan melalui peninjauan teknologi budi daya,salah satu caranya adalah, melakukan pemupukan (Annonimus,1986).
Pemupukan selain dapat dilakukan melalui tanah dapat pula dilakukan melalui daun tetapi cara tersebut tidak dapat menggantikan seluruh fungsi akar yang biasanya menyarap unsur hara dari tanah. Pemupukan melalui daun memberikan beberapa keuntunganyaitu lebih cepat pengaruhnya terutama untuk hara mikro, dapat dilakukan bersamaan dengan pemberantasan hama dan penyakit serangga dapat bekerja lebih efisien (Saleh,1978). Lebih lanjut hingga (1989) menyatakan bahwa pemupukan melalui daun dapat menghindarkan tanah dari kelelahan.
Super flourishing dapat merangsang pertumbuhan serta mempercepat pertumbuhan baru dari tanaman, sedangkan pengaruhnya (perannya)terhadap perkembangan bahan belum jelas.
Dengan pemberian super flourishing dan pemakaian gandapan maxsimal diharapkan umur bibit dapat di perkecil dan dapat segera ditanan di lapangan, sehingga dapat menekan biaya yang selama ini dikeluarkan secara konverensional.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis mencoba untuk melaksanakan penelitian mengenai pengaruh lama perendaman Biji Dalam Larutan Super Flourishing Dan Pemberian Pupuk Gandapan Maxima Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kakao (Theoborma kakao L.).


Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk Super Flourishing dan gandapan maxima yang dapat memberikan pertumbuhan vegetatif bibit kakao yang maksimal.
Hipotesis
Tempat perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatip bibit kakao akibat pengaruh pemberian pupuk Super Flourishing.
Terdapat perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatip bibit kakao akibat pengaruh pemberian pupuk Gandapan Maxima.
Terdapat perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatip bibit kakao akibat pengaruh interaksi antara pemberian pupuk Super Flourishing dengan pemberian pupuk Gandapan Maxima.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan dasar dalam penulisan testis yang merupakan syarat dalam menempuh ujian Sarjana pada fakultas pertanian Universitas Malikussaleh.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya dalam usaha budidaya tanaman kakao.










BAB 2  TINJAUAN LITERATUR
Klasifikasi tanaman kakao
Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang,karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman caulifloris (Siregar.et  al,1988). Adapun sistematiknya menurut (cheesman, 1960) adalah sebagai berikut :
Divisio                        : Spermatophyta
Klas                 : Dicotyledoneae
Ordo              : Malvales
Family                        : Sterculiaceae
Genus                        : Theobroma cacao L.
Syarat Tumbuh
Iklim
Agar dapat diperoleh pertumbuhan yang baik tanaman kakao memerlukan lingkungan yang sesuai dengan habitatnya. Pada daerah asalnya,tanaman kakao merupakan tanaman kecil  yang hidupnya di hutan-hutan tropis. Habitatnya merupakan daerah yang panas dan basah, sehingga dalam menentukan iklim yang sesuai, faktor temperatur dan curah hujan dipertimbangkan sebagai faktor pembatas utama sedangkan faktor kelembapan, cahaya matahari, ketinggian tempat dan faktor angin juga perlu diperhatikan (Soenaryo dan Arief,1985).
Wilayah penanaman kakao berada pada  LU -  LS. Tanaman kakao masih toleran pada daerah . Walaupun demikian  penyebaran pertanaman secara umum berada pada daerah  (Siregar.et al,1988).
Menurut (Soedarsono,1980), bahwa tanaman kakao tumbuh baik pada ketinggiian 0 – 500 m dari atas permukaan laut  dengan batas toleransi di atas 600 m pertumbuhan menjadi tertekan. Menurut (Butar Butar,1978),
curah hujan yang ideal bagi tanaman kakao sekitar 1500 – 2000 mm / tahun dan merata sepanjang tahun, dan musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Sedangkan temperatur ideal untuk tanaman kakao  adalah  dengan rata rata minimum  dan rata rata maksimum . Menurut (Darmawi jaya,1973). Kelembapan relatif yang dikehendaki di atas 80%. Jika tanah mampu memberi cukup air, kelembaban dapat berkisar 40% - 50% (Sumarli, 1983).
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pemcahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek. Kakao tergolong sebagai tanaman  yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum (p  max) diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 % dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3 – 30 % cahaya matahari penuh atau 15 % cahaya matahari penuh (Siregar, et al. 1988).
Tanah
Tanaman kakao tidak banyak meminta persyratan suatu jenis tanah tertentu untuk pertumbuhannya. Pada umumnya dapat ditanam pada semua jenis tanah. Sifat fisis tanah yang berpengaruh adalah kemiringan lereng,erosi dan kedalaman efektif. Sedangkan sifat kimia tanah adalah pH tanah dan derajat kesuburan tanah. Sesuai dengan derajat kemiringan permukaan tanah, perkebunan kakao masih dapat diusahakan pada tanah-tanah yang derajat lerengnya 0 – 40% (Annonimus, 1976).
Tentang kedalaman efektif, yanaman kakao menghendaki solumdalam, tidak kurang dari 1,5 m (Soenaryo dan Arief,1985). Minimal pada kedalaman 90 cm tidak dapat batu – batu atau padas (Annonimus,1976).
Struktur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan kondisi 30% - 40%  fraksi liat berpasir dan 10% - 20% fraksi abu (Siregar.et al,1988).
Sedangkan sifat kimia tanak berupa pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kakao adalah 6,0 – 7,5 (Siregar.et al,1988).kadar bahan organik tidak kurang dari 3% dengan C/N  bersekitar antara 10 – 12 (Sumarli,1983).tenteng kesuburan tanah yang baik dengan pertumbuhan kakao harus mempunyai susunan kimia yang menjamin banyak nya persediaan (K),cukup persediaan (N) dan persediaan  serta CaO yang sedang (Annonimus,1976).

3. Perendaman biji untuk bibit
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Banyak nya air yang di perlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali berat kering biji. Tingkat pengambilan air juga di pengaruhi oleh temperatur dimana temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air. Benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambah pada kisaran air  tanah tersedia mulai dari kapasitas lapang sampai titik layu permanen (Lita,1984).
Air memang peranan dalam melakukan suatu aktifitas enzim, Suatu biji masih kering aktifitas enzim yang sama sekali tidak tampak, baru setelah ada imbibisi air, aktifitas enzim mulai dan biji mulai tumbuh (Dwidjoseputro,1983)
Untuk kebanyakan benih tanaman, kondisi yang sangat basah sanga merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang timbul nya penyakit terlalu banyak air menyebabkan benih busuk (Lita,1984).

4. Pengaruh Super Flourishing dan Gandapan Maxima terhadap tumbuhan.
Super Flourishing merupaan pupuk segala jenis tanaman dan merupakan formula baru yang khusus di ciptakan untuk melipat gandakan hasil produksi tanaman pertanian dan perkebunan.
Pupuk ini juga dapat merangsang pertumbuhan serta mempercepat pertumbuhan baru, memperkuat akar, bataang dan tempat melipat gandakan pembangunan serta pertumbuhan. Pupuk organik ini berbentuk cairan, mudah di gunakan dan penyiapan nya sangat efisien serta tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
Super Flourishing mengandung zat zat hara yang terdiri dari unsur makro dan mikro,vitamin,hormon serta mineral yang di formulasikan dengan unsur tanaman NPK. Adapun unsur makro yang di kandungnya antara lain : Nitrogen 11.56 %,  (asam fosfor) 2.65 %, Kalium 5.69 %, sedangkan unsur mikronyaantara lain seperti Magnesium sebanyak 450 ppm ,Besi 240 ppm, Sulfur 0.13 % , Kalor 4.45 %, Mangan 42 ppm, Tembaga 7.2 ppm, Seng 14 ppm
Pupuk ini selain dapat di siram / penyiramannya melalui daun, batang, ranting dan akar, juga untuk mencapai hasil yang memuaskan, bibit berupa biji agar di rendam selama ± 5 jam sebelum penanaman sesuai dosis masing-masing kemudian di jemur sebentar supaya airnya turun,  barulah ditanam.
Super Flourishing dapat di pergunakan untuk tanaman keras berbatang kayu seperti cengkeh,kakao, kopi, jambu, teh, dan lain sebagainya dengan dosis 10 cc di campur dengan 5 liter air bersih dan di aplikasi kan setiap 7 hari sekali, di samping itu pupuk Super flourishing ini juga dapat di pergunakan tanaman lemah / tidak berbatang kayu keras serta tanaman sayur sayuran dan tanaman hias.
Pupuk Gandapan Maxima adalah pupuk daun berbentuk krtstal berwarna biru kehijauan, di gunakan untuk merangsang pertumbuhan daun, batang dan tunas tanaman sehingga pertumbuhan daun dan tanaman menjadi subur.
Komposisi Gandapan Maxima terdiri dari  31%  nitrogen, 11% fosfor, 10%  dan 3.16% magnesium sertadi lengkapi dengan unsur hara mikro lainnya seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),Tembaga (Cu), Kobal (Co), Boron (B), Molibdenum (Mo) dan vitamin – vitamin untuk tumbuhan yaitu Aneurine, Lactoflavine, dan Nicotinic Acid Amine.

5. Mekanisme masuknya unsur hara melalui daun
            Ada beberapa jenis pupuk yang dapat di pergunakan dengan cara menyemprotkannya melalui daun. unsur haranya harus dapat memasuki kutikula atau mulut daun sehingga ia dapat berada dalam sel. cara ini akan mendapatkan pengaruh yang jauh lebih cepat dan nyata dapat dipergunakan sebagai pupuk yang dapat disomprot dari daun. umumnya yang sering digunakan sebagai pupuk yang disemprot melalui daun adalah pupuk unsur micro dan pupuk yang tidak merusak daun tanaman (lubis, 1986).
Tanaman mengangkut air dan zat-zat hara melalui tanah dengan akar disamping itu telah dilakukan penelitian yang membuktikan bahwa unsur hara hormon-hormon dan vitamin dapat diabsorfasi melalui daun yaitu dengan stomata dan kutikula. Penyerapan melalui daun lebih cepat dan lebih efektif dibanding melalui tanah (Annonimus, (1983).
Umumnya stomata itu terdapat pada permukaan daun bagian bawah, pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata (Dwidjoseputro, 1983).
Pada daun kakao terdapat stomata yang hanya pada bagian bawah permukaan daun, jumlah stomata didaun dipengaruhi oleh intensitas cahaya,ukuran dan kekebalan daun serta kandungan chlorophilnya (Soeyoto, 1986).
Mekanisme penyerapan unsur hara dimulai dengan proses diffusi melalui kutikula lalu di transportasikan secara aktif keseluruh jaringan (Harjadi, 1979).
Disamping stomata dan kutikula, luas permukaan daunpun mempengaruhi jumlah hara atau zat kimia yang masuk kedalam daun. absorbasi unsur hara dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti : absorsbsi memakan waktu yang lama jika temperatur tinggi,sebab daun dalam keadaan kering. pada kelembaban yang tinggi absorbsi berlangsung cepat karena tegangan turgor masih kuat pada pagi hari dan air masih cukup (Aannonimus, 1980).
   



Bab 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
1.     Tempat dan waktu
Penelitian direncanakan bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian UISU Kec. Gedung Johor Medan. Percobaan ini Berlangsung dari bulan November 1990- maret 1991 (4 bulan ).
2.     Bahan dan Alat
2.1.         Bahan-bahan yang digunakan :
a.     Biji kakao lindak
b.     polibeg hitam dengan ukuran lebar 25 cm, tinggi 35 cm dan tebal 0,08 cm, jumlah lubang 24 buah dan diameter lubang 0,5 cm
c.      tanah top soil
d.     pasir sungai sebagai media perkecambahan
e.     tiang kayu atau bambu, atap daun kelapa
f.       pupuk super flourishing dan gandapan maxima
g.     peptisida Dithane M  45 dan sevin 85 sp
h.     pupuk rustika yellow (15-15-6-4)
i.        air
2.2.          Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :  cangkul, parang, babat, gergaji, martil, paku, papan nama plot ukuran 15 x 20 cm, papan nama percobaan ukuran 80 x 100 cm, meteran, rol, tali plastik, schliper, hand sprayer, timbangan, open, gelas ukur dan lain-lain yang diangga perlu.
3.     Metode penelitian
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yang di teliti, yaitu :
a.      Konsentrasi super flourishing dengan 3 perlakuan yaitu :
So = tanpa super flourishing (kontrol)
S1 = konsentrasi 0,2%
S2 = konsentrasi 0,4%
b.     Konsentrasi gandapan maxima dengan tiga perlakuan yaitu :
Go = tanpa gandapan maxima
G1 = konsentrasi 0,15%
G2 = konsentrasi 0,3%
maka kombinasi perlakuan adalah 3x3 = 9 kombinasi yaitu :
So Go             So G1             So G2
S1 Go             S1 G1             S1 G2
S2 Go             S2 G1             S2 G2
Jumlah ulangan adalah sebagai berikut :
( t -1 ) (n – 1 )    15
(12 – 1) (n – 1)   15
            11 (n – 1)   15
            11 n – 11   15
                        n   2,364--------------------à  n  =  3
Model linier yang diasumsikan untuk RAK Faktorial adalah :
Yijk                 =  + i +  j + k + ( ) jk + Ei jk
Yijk                 =hasil pengamatan faktor S pada taraf ke i dan faktor G pada taraf            ke  j dalam ulangan ke K
                   = efek nilai tengah
                 i= efek dari blog (ulangan ) pada taraf ke i
                 j= efek dari faktor S pada taraf ke j
                 k= efek dari faktor G pada taraf ke k
             jk= efek interaksi faktor S pada taraf ke j dengan faktor G pada taraf ke k
               i jk= efek eror dari faktor S pada taraf ke i dan faktor G pada taraf ke j                                                                                                                             serta ulangan ke k (Bangun, 1988).
jumlah unit percobaan = 27 plot
luas plot = 1.2 x 1.2 m
jumlah bibit per plot = 16 tanaman
jumlah bibit seluruhnya= 432 tanaman
jumlah sampel per plot = 3 tanaman
jumlah sampel seluruhnya = 81 tanaman
jarak antarplot = 50 cm
jarak antar ulangan = 100 cm.
















Bab 4. PELAKSANAAN PENELITIAN
1.     Pembuatan Naungan
Areal yang digunakan sebagai tempat pembibitan di bersihkan dari gulma atau kotoran. kemudian dibuat naungan secara masal dengan arah timur ke barat dengan ketinggian 2 m, panjang 25 m dan lebar 9 m sebagai atap digunakan daun kelapa. untuk menghindari kemungkinan terdapat sumber hama dan penyakit, dilakukan penyomprotan dengan insektsida sevin 85 SP dan fungisida dithane M 45 dengan konsentrasi 0,2%.
2.     Pembuatan Plot Perlakuan
Pembuatan plot perlakuan dilakukan setelah areal bersih dari gulma dan kotoran lainnya. ukuran plot 1,2 m X 1,2 m dengan ketinggian plot 25 cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm .
3.     Pengisian Tanah Kedalam Polibeg
Tanah yang di gunakan adalah tanah top soil yang di ambial dari areal itu sndri, yang telah terlebih dahulu di bersihkan dari gulma dan kotoran lain nya. kemudian tanah tersbut di isi kan ke dalam polibeg sampai penuh (lebih kurang 2 cm dari bibir p0libeg). polibeg yang di gunakan bewarna hitam dengan ukuran 25x35 cm, tebal 0,08 mm dengan jumlah  lubang  24 buah dan diameter lobang 0,5 cm . kemudian polibeg di susun di atas bedengan yang telah di persiapkan sesuai dengan perlakuan.

4.     Perkecambahan  Biji
Naungan yang digunakan untuk persemaian biji yaitu naungan yang digunakan untuk pembibitan kakao. Permukaan tanah diratakan dengan cangkul kemudian diukur seluas 1.5 x 2 m. kemudian ditimbun dengan pasir sungai setebal 10 – 15 cm dan pinggiran dederan diberi papan lalu diratakan dan disiram air secukupnya. Setelah itu dilakukan penyemprotan insektisida sevi 85 SP dan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 0.2% dengan menggunakan handsprayer.
4.1.         Perlakuan biji kakao yang akan dikecambahkan
Biji diambil dari buah yang sehat dan dari buah yang sudah masak. Buah dibelah dengan pisau dan biji yang diambil hanya dari bagian tengah buah. Biji-biji dibersihkan dari dari pulpnya dengan menggunakan abu padi dan jangan sampai terkelupas atau luka kulitnya. Biji dicuci dengan airkemudian didederkan ditempat persemaian , setelah dikering anginkan terlebih dahulu.
4.2.         Penyemaian Biji Kakao
Biji yang telah bersih dari pulpnyadan telah dikering anginkan dapat ditanam diatas media pasir (tempat persemaian) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jarak tanam biji 2 cm dalam barisan dan 3 cm antara barisan dengan arah radikel ke bawah. Setelah itu ditutup dengan goni basah. Persemaian disiram air dua kali yaitu pada pagi dan sore hari. Kecambah dijaga dari kemungkinan adanya gangguan hama dan perlu diperiksa bila ada kecambah yang terbalik segera diperbaiki letaknya.
5.     Pemindahan kecambah ke polibeg
pemindahan kecambah dilakukan setelah kecambah berumur 3 -5 hari atau radikula telah mencapai panjang  0.5 – 1 cm. Polibeg disiram airsampai jenuh, kemudian kecambah ditanam dengan ujung akar kebawah dan tanah disekeliling akar didapatkan gartidak terjadi rongga udara sekitar akar, setelah itu polibeg disiram dengan air.
6.     Pemberian pupuk super flourishing dan gandapan maxima
pupuk super flourishing diberikan setelah bibit berumur 2 minggu di polibeg. Aplikasi dilakukan melalui daun dengan interval 2 minggu sekali. konsentrasi yang digunakan disesuiakan dengan perlakuan, yaitu tampa pupuk,2 cc/ liter air dan 4 cc/liter air.
Pupuk gandapan maxima diberikan setelah bibit berumur 2 minggu di polibeg. Aplikasi dilakukan melalui daun dengan interval 2 minggu sekali. Konsentrasi yang dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu tampa pupuk, 2 g /liter air dan 4 g /liter air .

7 pemeliharaan bibit
7.1. penyisipan
            Penyisipan dilakukan bila terlihat bibit mati atau tumbuhnya tidak normal. Penyisipan dilakukan sampai bibit berumur 1 bulan atau sebelum pengamatan parameter.
7.2. penyiraman
            Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gelas ukur 0,5 liter/polybeg. Jika hujan turun cukup lebat atau keadaan tanah dalam polybeg masih basah atau lembab,penyiraman tidak di lakukan.
7.3. penyiangan
            Penyiangan terhadap gulma dilakukan setiap 2 minggu sekali atau di sesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Gulma yang tumbuh di luar polybeg di bersihkan dengan cangkul dan gulma yang tumbuh di dalam polybeg di bersihkan dengan mencabutnya.
7.4. pemupukan
            Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 1 bulan dalam polybeg.pupuk yg diberikan adalah rustika yellow (15-15-6-4) dengan dosis 1 g per polybeg. Interval pemberian 1 bulan sekali.
7.5. pengendalian hama dan penyakit
            Untuk pengendalian hama dan penyakit di lakukan control secara periodic. Pegendalin secara kimia di lakukan dengan penyemprotan insektisida sevin 85 sp dan ditane m 45 dengan konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali atau di sesuaikan dengan keadaan.
8. parameter pengamatan.
            Pengamatan dilakukan setelah bibit berumur 1bulan. Sebagai tanaman sampel di ambil 3 tanaman yang berada di tengah plot.pengamatan sampel dilakukan setiap 2minggu sekali sampai bibit berumur 4 bulan, kecuali untuk parameter luas total daun  dilakukan dengan interval 1bulan sekali dan berat basah serta berat kering di lakukan pada akhir pengamatan. Parameter di amati adalah sebagai berikur :
8.1. Tinggi tanaman (cm)
            Tinggi tanaman di ukur dari permukaan tanah (leher akar) hingga titik tumbuh.untuk menghindari kekeliruan pada pengukuran berikutnya, pada setiap tanaman sampel diberi patok standard.pegukuran di mulai umur 1 s/d 4 bulan setelah tanamdengan interval 2minggu.
8.2. Diameter batang (mm)
            Diameter batang diukur dengan menggunakan schalifer.pengukuran dilakukan pada ketinggian 4cm dari leher akar dan dilakukan 2x dengan arah berlawanan,kemudian di rata ratakan hasilnya. Untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran,pada setiap tanaman sampel di beri tanda. Pengukuran di mulai umur 1bulan sampai umur 4bulan dengan interval 2minggu.
8.3. Jumlah daun (helai)
            Pengamatan jumlah daun dulakukan dengan menghitung keseluruhan daun yang telah membuka sempurna yang terdapat pada setiap tanamn sampel. Pengukuran di mulai umur 1 s/d 4 bulan dengan interval 2minggu.
8.4. Luas total daun (cm2)
            Pengukuran luas total daun di lakukan dilakukan dengan interval 1bulan. Pengukuran di mulai umur 1 s/d 4 bulan. Untuk bibit tanaman kakao luas total daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus (asomaning dan locard dalam dritus,1989) :
Log Y              = -0,495 + 1,904 log x
Dimana:  Y    = luas daun (cm2)
                  X    = panjang daun (cm)
Daun yang diukur adalah daun yang telah membuka sempurna pada setiap tanaman sampel.
8.5 Berat basah (g)
            Penimbangan berat basah dilakukan pada akhir penelitian dan dilakukan hanya pada tanaman sampel. Bagian tanaman yang di timbang adalah akar,batang dan daun.
8.6. Berat kering (g)
Berat kering tanaman ditimbang setelah di keringkan di dalam oven selama 6 jam  pada suhu 1060 C. penimbangan ini dilakukan pada akhir penelitian, dan hanya tanaman sampel. Bagian tanaman yang di timbang adalah akar batang dan daun.
 
























DAFTAF PUSTAKA

Anonimus.  1976.  Pedoman  bercocok tanam kakao.  Direktur Jendral Perkebunan.   Jakarta.
------------.  1980. Kumpulan Makalah Konprensi Coklat Nasional, Medan  16 – 18 september 1980.
------------.  1981 . Petunjuk Teknik Budidaya Tanaman Coklat. Dinas Perkebunan Daerah Provinsi Dati I Sumatera Utara.
-----------. 1983. Kumpulan Makalah Konprensi Coklat Nasional 11, Medan 13 – 15 Oktober  1983.
-----------. 1985 . Pedoman Pembibitan Coklat . Balai Penelitian Perkebunan Medan.
-----------. 1986 . Melacak masuknya Kakao Lindak ke Indonesia. Majalah Sasaran no. 6 .
Butar-Butar N . 1978 . Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Tanaman Coklat Bulk. PT Perkebunan VI Pabatu.
Cheesman. E.E. 1960 . The economic Botany of cacao Survey of literature to the end of 1930. Printed by the Govern. Printer Costa Rica .
Darmawijaya , I. M. 1973 .Klasifikasi Tanah Perkebunan Coklat, Sidang Komisi Teknis Perkebunan IV. Budidaya Kopi – Coklat di Tretes.
Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta.
Erwin. 1988 . Pengaruh Beberapa Media Tumbuh Terhadap Bibit Kakao. Bull. No. 16 Bagian Penelitian PTP IX .
Harjadi , S.S.    1979.  Pengantar Agronomi .   PT. Gramedia Jakarta.
Lingga , P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk.  Penebar Swadaya. Jakarta.
Lita , S. 1989.  Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta.
Saleh, M. 1978.  Percobaan Pemupukan Melalui Daun Pada Bibit Karet. Menara Perkebunan . 45 (3)