KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata’ala, yang telah memberikan kekutan, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan proposal
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Super Flourishing Dan Gandapan Maxima
Terhadap Pertumbuhan Vegetatip Bibit Kakao (Theobroma
kakao)
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada :
Bapak : Faisal.SP.SMI
selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang
telah di berikan kepada penulis sejak awal sehingga selesainya penulisan
proposal ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayhanda dan
Ibunda serta teman – temanku yang selalu
mendoakan dan memberi motivasi serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesiakan penulisan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari
sempurna, namun demikian, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua
dan mendapat ridha dari Allah SWT Amin.
Releut, Oktober 20011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
Bab 1. PENDAHULUAN
Latar belakang 1
Tujuan penelitian
Hipotes
Kegunaan penelitian
Bab 2. TINJAUAN
LITERATUR
Sistematik tanaman
kakao
Syarat tumbuh tanaman
kakao
Iklim
Tanah
Perendaman biji untuk
bibit
Pengaruh Super Flourishing dan
Gandapan maxima
terhadap pertumbuhan
Mekanisme masuk nya
unsur hara melalui daun
Bab 3. BAHAN
DAN METODE
Tempat dan waktu
Alat dan bahan
Metode penelitian
Bab 4. PELAKSANAAN
PENELITIAN
1. Pembuatan naungan
2. Pembuatan plot perlakuan
3. Pengisian tanah dalam polybeg
4. Perkecambahan biji
4.1.Perlakuan biji
kakao yanng akan di kecambahkan
4.2.Penyemaian biji
kakao
5.Pemindahan kecambah
ke polybeg
6.Pemberian pupuk Super
Flourishing dan gandapan maxima
7.Pemeliharaan bibit
7.1.Penyisipan
7.2.Penyiraman
7.3Penyiangan
7.4Pemupukan
7.5Pengendalian hama
dan penyakit
8.Parameter pengamatan
8.1.Tinggi tanaman dalam (cm)
8.2.Diameter batang
dalam (mm)
8.3Jumlah daun daalam
(helay)
8.4.Luas total daun
dalam (
)
8.5.Berat basah dalam
(gram)
8.6Berat kering dalam
(gram)
DAFRAT PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma
cacao). Berasal dari hulu sungai Amazone dan daerah daerah hutan tropis
lain nya di Amerika Tengah dan selatan (Soeyoto,1986).
Tanaman kakao merupakan tanaman yang saat sekarang kurang di
gemari untuk di budidayakan, sehingga prospek kakao di indinesia saat ini
kurang baik (Erwin,1988).
Bagi Sumatra sendiri, tanaman Kakao merupakan kultura baru
bila di bandingkan dengan tembakau deli,teh,karet dan kelapa sawit yang sudah
di usaha kan lebih dahulu di daerah ini. Makapada tahun 1952 sampai 1960
beberapa perkebunan di Sumatra mulai mencoba menanam coklat dengan jenis DR
yang merupakan keturunan Trinitarius,
dan sampai tahun 1972 / 1973 pengusahaan Kakao mulai berkurang. Tetapi pada
tahun 1972 / 1973 dengan masuk nya bahan tanaman kakao bulk di Sumatra dari
Malasya, kembali membuka sejarah di perkebunan yang pada akhir ini sedang
digalakkan pengembangnya (Sumarli,1983).
Pada masa yang akan datang, komoditi biji coklat diharapkan
menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya seperti kelapa
sawit dan karet. Setidaknya dariluas areal pertanaman maupun sumbangannya
kepada negara sebagai komoditi ekspor,dan tujuan untuk memanfaatkan sumberdaya
(siregar.et al,1988), sebagai sumber devisa, meningkatkan pendapatan petani dan
memenuhi konsumsi (Annonimus,1981).
Sejalan dengan rencana tersebut berbagai usaha telah
dilaksanakan untuk pengembangan kakao. Perbaikan tehnik budidaya yang pada
akhirnya akan membawamanfaat besar di antaranya tehnik pembibitan yang efisien
(Siregar, et al.1988).
Didalam pengembangan kakao di indonesia masalah bibit
merupakan masah yang penting sekali. Persediaan bibit yang baik pada pertanaman
merupakan salah satu bagian dari persiapan – persiapan dalam encana penanaman
kakao (Sunaryo dan Sitomorang,1978).
Pembuatan bibityang baik dan sehat merupakan faktor penting
untuk memperoleh tanaman yang baik dilapangan dan produksi yang dihasilkan
dikemudian hari banyak tergantung pada suksesnya pertumbuhan bibit (Siregar, et
al.1988).
Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik dan sehat,
selain harus diperhatikan faktor
lingkungan dan faktor genetis, juga diusahakan melalui peninjauan teknologi
budi daya,salah satu caranya adalah, melakukan pemupukan (Annonimus,1986).
Pemupukan selain dapat dilakukan melalui tanah dapat pula
dilakukan melalui daun tetapi cara tersebut tidak dapat menggantikan seluruh
fungsi akar yang biasanya menyarap unsur hara dari tanah. Pemupukan melalui
daun memberikan beberapa keuntunganyaitu lebih cepat pengaruhnya terutama untuk
hara mikro, dapat dilakukan bersamaan dengan pemberantasan hama dan penyakit serangga
dapat bekerja lebih efisien (Saleh,1978). Lebih lanjut hingga (1989) menyatakan
bahwa pemupukan melalui daun dapat menghindarkan tanah dari kelelahan.
Super flourishing dapat merangsang pertumbuhan serta
mempercepat pertumbuhan baru dari tanaman, sedangkan pengaruhnya
(perannya)terhadap perkembangan bahan belum jelas.
Dengan pemberian super flourishing dan pemakaian gandapan
maxsimal diharapkan umur bibit dapat di perkecil dan dapat segera ditanan di
lapangan, sehingga dapat menekan biaya yang selama ini dikeluarkan secara
konverensional.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis mencoba untuk
melaksanakan penelitian mengenai pengaruh lama perendaman Biji Dalam Larutan
Super Flourishing Dan Pemberian Pupuk Gandapan Maxima Terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Bibit Kakao (Theoborma kakao
L.).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis
pupuk Super Flourishing dan gandapan maxima yang dapat memberikan pertumbuhan
vegetatif bibit kakao yang maksimal.
Hipotesis
Tempat perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatip
bibit kakao akibat pengaruh pemberian pupuk Super Flourishing.
Terdapat perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatip
bibit kakao akibat pengaruh pemberian pupuk Gandapan Maxima.
Terdapat perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatip
bibit kakao akibat pengaruh interaksi antara pemberian pupuk Super Flourishing
dengan pemberian pupuk Gandapan Maxima.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan dasar dalam penulisan testis yang merupakan
syarat dalam menempuh ujian Sarjana pada fakultas pertanian Universitas
Malikussaleh.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya dalam
usaha budidaya tanaman kakao.
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR
Klasifikasi tanaman
kakao
Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang
atau cabang,karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman caulifloris (Siregar.et al,1988). Adapun sistematiknya menurut
(cheesman, 1960) adalah sebagai berikut :
Divisio :
Spermatophyta
Klas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Malvales
Family :
Sterculiaceae
Genus :
Theobroma cacao L.
Syarat Tumbuh
Iklim
Agar dapat diperoleh pertumbuhan yang baik tanaman kakao
memerlukan lingkungan yang sesuai dengan habitatnya. Pada daerah asalnya,tanaman
kakao merupakan tanaman kecil yang
hidupnya di hutan-hutan tropis. Habitatnya merupakan daerah yang panas dan
basah, sehingga dalam menentukan iklim yang sesuai, faktor temperatur dan curah
hujan dipertimbangkan sebagai faktor pembatas utama sedangkan faktor
kelembapan, cahaya matahari, ketinggian tempat dan faktor angin juga perlu
diperhatikan (Soenaryo dan Arief,1985).
Wilayah penanaman kakao berada pada
LU
-
LS. Tanaman kakao masih toleran pada daerah
. Walaupun demikian penyebaran
pertanaman secara umum berada pada daerah
(Siregar.et al,1988).
Menurut (Soedarsono,1980), bahwa tanaman kakao tumbuh baik pada
ketinggiian 0 – 500 m dari
atas permukaan laut dengan batas
toleransi di atas 600 m pertumbuhan menjadi tertekan. Menurut (Butar
Butar,1978),
curah hujan yang ideal bagi tanaman kakao sekitar 1500 – 2000 mm / tahun dan merata
sepanjang tahun, dan musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Sedangkan temperatur ideal untuk tanaman kakao adalah
dengan rata rata minimum
dan rata rata maksimum
. Menurut (Darmawi jaya,1973). Kelembapan relatif yang
dikehendaki di atas 80%. Jika tanah mampu memberi cukup air, kelembaban dapat
berkisar 40% - 50% (Sumarli,
1983).
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis
yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pemcahayaan
penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan
mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek. Kakao
tergolong sebagai tanaman
yang mampu berfotosintesis pada suhu daun
rendah. Fotosintesis maksimum (p max)
diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 % dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam
fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3 – 30 % cahaya matahari penuh
atau 15 % cahaya matahari penuh
(Siregar, et al. 1988).
Tanah
Tanaman kakao tidak banyak meminta persyratan suatu jenis
tanah tertentu untuk pertumbuhannya. Pada umumnya dapat ditanam pada semua
jenis tanah. Sifat fisis tanah yang berpengaruh adalah kemiringan lereng,erosi
dan kedalaman efektif. Sedangkan sifat kimia tanah adalah pH tanah dan derajat
kesuburan tanah. Sesuai dengan derajat kemiringan permukaan tanah, perkebunan
kakao masih dapat diusahakan pada tanah-tanah yang derajat lerengnya 0 – 40% (Annonimus, 1976).
Tentang kedalaman efektif, yanaman kakao menghendaki solumdalam,
tidak kurang dari 1,5 m
(Soenaryo dan Arief,1985). Minimal pada
kedalaman 90 cm tidak dapat batu – batu atau padas (Annonimus,1976).
Struktur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung
liat berpasir dengan kondisi 30% -
40% fraksi liat berpasir dan 10% - 20% fraksi abu (Siregar.et
al,1988).
Sedangkan sifat kimia tanak berupa pH tanah yang baik untuk
pertumbuhan kakao adalah 6,0 – 7,5
(Siregar.et al,1988).kadar bahan organik tidak kurang dari 3% dengan C/N
bersekitar antara 10 – 12
(Sumarli,1983).tenteng kesuburan tanah yang baik dengan pertumbuhan kakao harus
mempunyai susunan kimia yang menjamin banyak nya persediaan (K),cukup
persediaan (N) dan persediaan
serta CaO yang sedang (Annonimus,1976).
3. Perendaman biji
untuk bibit
Air merupakan salah satu syarat
penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Banyak nya air yang di
perlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui
dua atau tiga kali berat kering biji. Tingkat pengambilan air juga di pengaruhi
oleh temperatur dimana temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan air. Benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambah pada kisaran
air tanah tersedia mulai dari kapasitas
lapang sampai titik layu permanen (Lita,1984).
Air memang peranan dalam melakukan
suatu aktifitas enzim, Suatu biji masih kering aktifitas enzim yang sama sekali
tidak tampak, baru setelah ada imbibisi air, aktifitas enzim mulai dan biji
mulai tumbuh (Dwidjoseputro,1983)
Untuk kebanyakan benih tanaman, kondisi
yang sangat basah sanga merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang
timbul nya penyakit terlalu banyak air menyebabkan benih busuk (Lita,1984).
4. Pengaruh Super
Flourishing dan Gandapan Maxima terhadap tumbuhan.
Super Flourishing merupaan pupuk
segala jenis tanaman dan merupakan formula baru yang khusus di ciptakan untuk
melipat gandakan hasil produksi tanaman pertanian dan perkebunan.
Pupuk ini juga dapat merangsang
pertumbuhan serta mempercepat pertumbuhan baru, memperkuat akar, bataang dan
tempat melipat gandakan pembangunan serta pertumbuhan. Pupuk organik ini
berbentuk cairan, mudah di gunakan dan penyiapan nya sangat efisien serta tidak
berbahaya bagi manusia dan hewan.
Super Flourishing mengandung zat zat
hara yang terdiri dari unsur makro dan mikro,vitamin,hormon serta mineral yang
di formulasikan dengan unsur tanaman NPK. Adapun unsur makro yang di kandungnya
antara lain : Nitrogen 11.56 %,
(asam fosfor) 2.65 %, Kalium 5.69 %, sedangkan unsur mikronyaantara lain
seperti Magnesium sebanyak 450 ppm ,Besi 240 ppm, Sulfur 0.13 % , Kalor 4.45 %, Mangan 42 ppm, Tembaga 7.2
ppm, Seng 14 ppm
Pupuk ini selain dapat di siram /
penyiramannya melalui daun, batang, ranting dan akar, juga untuk mencapai hasil
yang memuaskan, bibit berupa biji agar di rendam selama ± 5 jam sebelum penanaman sesuai dosis
masing-masing kemudian di jemur sebentar supaya airnya turun, barulah ditanam.
Super Flourishing dapat di pergunakan
untuk tanaman keras berbatang kayu seperti cengkeh,kakao, kopi, jambu, teh, dan
lain sebagainya dengan dosis 10 cc di
campur dengan 5 liter air bersih dan di aplikasi kan setiap 7 hari sekali, di samping itu pupuk
Super flourishing ini juga dapat di pergunakan tanaman lemah / tidak berbatang
kayu keras serta tanaman sayur sayuran dan tanaman hias.
Pupuk Gandapan Maxima adalah pupuk
daun berbentuk krtstal berwarna biru kehijauan, di gunakan untuk merangsang
pertumbuhan daun, batang dan tunas tanaman sehingga pertumbuhan daun dan
tanaman menjadi subur.
Komposisi Gandapan Maxima terdiri dari
31% nitrogen, 11% fosfor, 10%
dan 3.16%
magnesium sertadi lengkapi dengan unsur hara mikro lainnya seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),Tembaga
(Cu), Kobal (Co), Boron (B), Molibdenum (Mo) dan vitamin – vitamin
untuk tumbuhan yaitu Aneurine,
Lactoflavine, dan Nicotinic
Acid Amine.
5. Mekanisme masuknya
unsur hara melalui daun
Ada beberapa
jenis pupuk yang dapat di pergunakan dengan cara menyemprotkannya melalui daun.
unsur haranya harus dapat memasuki kutikula atau mulut daun sehingga ia dapat
berada dalam sel. cara ini akan mendapatkan pengaruh yang jauh lebih cepat dan
nyata dapat dipergunakan sebagai pupuk yang dapat disomprot dari daun. umumnya
yang sering digunakan sebagai pupuk yang disemprot melalui daun adalah pupuk
unsur micro dan pupuk yang tidak merusak daun tanaman (lubis, 1986).
Tanaman mengangkut air dan zat-zat hara
melalui tanah dengan akar disamping itu telah dilakukan penelitian yang
membuktikan bahwa unsur hara hormon-hormon dan vitamin dapat diabsorfasi
melalui daun yaitu dengan stomata dan kutikula. Penyerapan melalui daun lebih
cepat dan lebih efektif dibanding melalui tanah (Annonimus, (1983).
Umumnya stomata itu terdapat pada
permukaan daun bagian bawah, pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun
mempunyai stomata (Dwidjoseputro, 1983).
Pada daun kakao terdapat stomata yang
hanya pada bagian bawah permukaan daun, jumlah stomata didaun dipengaruhi oleh
intensitas cahaya,ukuran dan kekebalan daun serta kandungan chlorophilnya
(Soeyoto, 1986).
Mekanisme penyerapan unsur hara dimulai
dengan proses diffusi melalui kutikula lalu di transportasikan secara aktif
keseluruh jaringan (Harjadi, 1979).
Disamping stomata dan kutikula, luas
permukaan daunpun mempengaruhi jumlah hara atau zat kimia yang masuk kedalam
daun. absorbasi unsur hara dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti :
absorsbsi memakan waktu yang lama jika temperatur tinggi,sebab daun dalam
keadaan kering. pada kelembaban yang tinggi absorbsi berlangsung cepat karena
tegangan turgor masih kuat pada pagi hari dan air masih cukup (Aannonimus,
1980).
Bab 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
1. Tempat dan waktu
Penelitian
direncanakan bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian UISU Kec. Gedung
Johor Medan. Percobaan ini Berlangsung dari bulan November 1990- maret 1991 (4
bulan ).
2. Bahan dan Alat
2.1.
Bahan-bahan
yang digunakan :
a. Biji kakao lindak
b. polibeg hitam dengan ukuran lebar 25 cm,
tinggi 35 cm dan tebal 0,08 cm, jumlah lubang 24 buah dan diameter lubang 0,5
cm
c. tanah top soil
d. pasir sungai sebagai media perkecambahan
e. tiang kayu atau bambu, atap daun kelapa
f. pupuk super flourishing dan gandapan
maxima
g. peptisida Dithane M 45 dan sevin 85 sp
h. pupuk rustika yellow (15-15-6-4)
i.
air
2.2.
Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
cangkul, parang, babat, gergaji, martil, paku, papan nama plot ukuran 15
x 20 cm, papan nama percobaan ukuran 80 x 100 cm, meteran, rol, tali plastik,
schliper, hand sprayer, timbangan, open, gelas ukur dan lain-lain yang diangga
perlu.
3. Metode penelitian
penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dengan dua
faktor yang di teliti, yaitu :
a. Konsentrasi super flourishing dengan 3
perlakuan yaitu :
So
= tanpa super flourishing (kontrol)
S1
= konsentrasi 0,2%
S2
= konsentrasi 0,4%
b. Konsentrasi gandapan maxima dengan tiga
perlakuan yaitu :
Go = tanpa gandapan
maxima
G1 = konsentrasi 0,15%
G2 = konsentrasi 0,3%
maka kombinasi perlakuan adalah 3x3 = 9 kombinasi yaitu :
So Go So G1 So G2
S1 Go S1 G1 S1 G2
S2 Go S2 G1 S2 G2
Jumlah ulangan adalah
sebagai berikut :
( t -1 ) (n – 1 ) ≥
15
(12 – 1) (n – 1) ≥ 15
11 (n – 1) ≥
15
11 n – 11 ≥
15
n ≥
2,364--------------------à
n = 3
Model linier yang
diasumsikan untuk RAK Faktorial adalah :
Yijk =
+
i
+
j +
k
+ (
)
jk + Ei jk
Yijk =hasil
pengamatan faktor S pada taraf ke i dan faktor G pada taraf ke
j dalam ulangan ke K
jumlah unit percobaan = 27 plot
luas plot = 1.2 x 1.2 m
jumlah bibit per plot = 16 tanaman
jumlah bibit seluruhnya= 432 tanaman
jumlah sampel per plot = 3 tanaman
jumlah sampel seluruhnya = 81 tanaman
jarak antarplot = 50 cm
jarak antar ulangan = 100 cm.
Bab 4. PELAKSANAAN
PENELITIAN
1. Pembuatan Naungan
Areal yang digunakan sebagai tempat pembibitan di bersihkan dari
gulma atau kotoran. kemudian dibuat naungan secara masal dengan arah timur ke
barat dengan ketinggian 2 m, panjang 25 m dan lebar 9 m sebagai atap digunakan
daun kelapa. untuk menghindari kemungkinan terdapat sumber hama dan penyakit,
dilakukan penyomprotan dengan insektsida sevin 85 SP dan fungisida dithane M 45
dengan konsentrasi 0,2%.
2. Pembuatan Plot Perlakuan
Pembuatan plot perlakuan dilakukan setelah areal bersih dari
gulma dan kotoran lainnya. ukuran plot 1,2 m X 1,2 m dengan ketinggian plot 25
cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm .
3. Pengisian Tanah Kedalam Polibeg
Tanah yang di gunakan adalah tanah top soil yang di ambial dari
areal itu sndri, yang telah terlebih dahulu di bersihkan dari gulma dan kotoran
lain nya. kemudian tanah tersbut di isi kan ke dalam polibeg sampai penuh
(lebih kurang 2 cm dari bibir p0libeg). polibeg yang di gunakan bewarna hitam
dengan ukuran 25x35 cm, tebal 0,08 mm dengan jumlah lubang
24 buah dan diameter lobang 0,5 cm . kemudian polibeg di susun di atas
bedengan yang telah di persiapkan sesuai dengan perlakuan.
4. Perkecambahan Biji
Naungan yang digunakan untuk persemaian biji yaitu naungan yang
digunakan untuk pembibitan kakao. Permukaan tanah diratakan dengan cangkul
kemudian diukur seluas 1.5 x 2 m. kemudian ditimbun dengan pasir sungai setebal
10 – 15 cm dan pinggiran dederan diberi papan lalu diratakan dan disiram air
secukupnya. Setelah itu dilakukan penyemprotan insektisida sevi 85 SP dan
fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 0.2% dengan menggunakan handsprayer.
4.1.
Perlakuan
biji kakao yang akan dikecambahkan
Biji diambil dari buah yang sehat dan dari buah yang sudah
masak. Buah dibelah dengan pisau dan biji yang diambil hanya dari bagian tengah
buah. Biji-biji dibersihkan dari dari pulpnya dengan menggunakan abu padi dan
jangan sampai terkelupas atau luka kulitnya. Biji dicuci dengan airkemudian
didederkan ditempat persemaian , setelah dikering anginkan terlebih dahulu.
4.2.
Penyemaian
Biji Kakao
Biji yang telah bersih dari pulpnyadan
telah dikering anginkan dapat ditanam diatas media pasir (tempat persemaian)
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jarak tanam biji 2 cm dalam barisan dan 3
cm antara barisan dengan arah radikel ke bawah. Setelah itu ditutup dengan goni
basah. Persemaian disiram air dua kali yaitu pada pagi dan sore hari. Kecambah
dijaga dari kemungkinan adanya gangguan hama dan perlu diperiksa bila ada
kecambah yang terbalik segera diperbaiki letaknya.
5. Pemindahan kecambah ke polibeg
pemindahan kecambah dilakukan setelah kecambah berumur 3 -5 hari
atau radikula telah mencapai panjang 0.5
– 1 cm. Polibeg disiram airsampai jenuh, kemudian kecambah ditanam dengan ujung
akar kebawah dan tanah disekeliling akar didapatkan gartidak terjadi rongga
udara sekitar akar, setelah itu polibeg disiram dengan air.
6. Pemberian pupuk super flourishing dan
gandapan maxima
pupuk super flourishing diberikan setelah bibit berumur 2 minggu
di polibeg. Aplikasi dilakukan melalui daun dengan interval 2 minggu sekali.
konsentrasi yang digunakan disesuiakan dengan perlakuan, yaitu tampa pupuk,2
cc/ liter air dan 4 cc/liter air.
Pupuk gandapan maxima
diberikan setelah bibit berumur 2 minggu di polibeg. Aplikasi dilakukan melalui
daun dengan interval 2 minggu sekali. Konsentrasi yang dilakukan sesuai dengan
perlakuan yaitu tampa pupuk, 2 g /liter air dan 4 g /liter air .
7 pemeliharaan bibit
7.1. penyisipan
Penyisipan
dilakukan bila terlihat bibit mati atau tumbuhnya tidak normal. Penyisipan
dilakukan sampai bibit berumur 1 bulan atau sebelum pengamatan parameter.
7.2. penyiraman
Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gelas ukur 0,5
liter/polybeg. Jika hujan turun cukup lebat atau keadaan tanah dalam polybeg
masih basah atau lembab,penyiraman tidak di lakukan.
7.3. penyiangan
Penyiangan
terhadap gulma dilakukan setiap 2 minggu sekali atau di sesuaikan dengan
pertumbuhan gulma. Gulma yang tumbuh di luar polybeg di bersihkan dengan
cangkul dan gulma yang tumbuh di dalam polybeg di bersihkan dengan mencabutnya.
7.4. pemupukan
Pemupukan
dilakukan setelah bibit berumur 1 bulan dalam polybeg.pupuk yg diberikan adalah
rustika yellow (15-15-6-4) dengan dosis 1 g per polybeg. Interval pemberian 1
bulan sekali.
7.5. pengendalian hama dan penyakit
Untuk
pengendalian hama dan penyakit di lakukan control secara periodic. Pegendalin
secara kimia di lakukan dengan penyemprotan insektisida sevin 85 sp dan ditane
m 45 dengan konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali atau di
sesuaikan dengan keadaan.
8. parameter pengamatan.
Pengamatan
dilakukan setelah bibit berumur 1bulan. Sebagai tanaman sampel di ambil 3
tanaman yang berada di tengah plot.pengamatan sampel dilakukan setiap 2minggu
sekali sampai bibit berumur 4 bulan, kecuali untuk parameter luas total
daun dilakukan dengan interval 1bulan
sekali dan berat basah serta berat kering di lakukan pada akhir pengamatan.
Parameter di amati adalah sebagai berikur :
8.1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi
tanaman di ukur dari permukaan tanah (leher akar) hingga titik tumbuh.untuk
menghindari kekeliruan pada pengukuran berikutnya, pada setiap tanaman sampel
diberi patok standard.pegukuran di mulai umur 1 s/d 4 bulan setelah tanamdengan
interval 2minggu.
8.2. Diameter batang (mm)
Diameter batang
diukur dengan menggunakan schalifer.pengukuran dilakukan pada ketinggian 4cm
dari leher akar dan dilakukan 2x dengan arah berlawanan,kemudian di rata
ratakan hasilnya. Untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran,pada setiap
tanaman sampel di beri tanda. Pengukuran di mulai umur 1bulan sampai umur
4bulan dengan interval 2minggu.
8.3. Jumlah daun (helai)
Pengamatan
jumlah daun dulakukan dengan menghitung keseluruhan daun yang telah membuka
sempurna yang terdapat pada setiap tanamn sampel. Pengukuran di mulai umur 1
s/d 4 bulan dengan interval 2minggu.
8.4. Luas total daun (cm2)
Pengukuran
luas total daun di lakukan dilakukan dengan interval 1bulan. Pengukuran di
mulai umur 1 s/d 4 bulan. Untuk bibit tanaman kakao luas total daun dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (asomaning dan locard dalam dritus,1989) :
Log Y =
-0,495 + 1,904 log x
Dimana: Y = luas daun (cm2)
X
= panjang daun (cm)
Daun yang diukur adalah daun yang telah membuka sempurna pada
setiap tanaman sampel.
8.5 Berat basah (g)
Penimbangan
berat basah dilakukan pada akhir penelitian dan dilakukan hanya pada tanaman
sampel. Bagian tanaman yang di timbang adalah akar,batang dan daun.
8.6. Berat kering (g)
Berat kering tanaman ditimbang setelah di keringkan di dalam
oven selama 6 jam pada suhu 1060
C. penimbangan ini dilakukan pada akhir penelitian, dan hanya tanaman sampel.
Bagian tanaman yang di timbang adalah akar batang dan daun.
DAFTAF PUSTAKA
Anonimus. 1976. Pedoman
bercocok tanam kakao. Direktur
Jendral Perkebunan. Jakarta.
------------. 1980.
Kumpulan Makalah Konprensi Coklat Nasional, Medan 16 – 18 september 1980.
------------. 1981 .
Petunjuk Teknik Budidaya Tanaman Coklat. Dinas Perkebunan Daerah Provinsi Dati
I Sumatera Utara.
-----------. 1983. Kumpulan Makalah Konprensi Coklat Nasional
11, Medan 13 – 15 Oktober 1983.
-----------. 1985 . Pedoman Pembibitan Coklat . Balai Penelitian
Perkebunan Medan.
-----------. 1986 . Melacak masuknya Kakao Lindak ke Indonesia.
Majalah Sasaran no. 6 .
Butar-Butar N . 1978 . Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Tanaman
Coklat Bulk. PT Perkebunan VI Pabatu.
Cheesman. E.E. 1960 . The economic Botany of cacao Survey of
literature to the end of 1930. Printed by the Govern. Printer Costa Rica .
Darmawijaya , I. M. 1973 .Klasifikasi Tanah Perkebunan Coklat,
Sidang Komisi Teknis Perkebunan IV. Budidaya Kopi – Coklat di Tretes.
Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT.
Gramedia Jakarta.
Erwin. 1988 . Pengaruh Beberapa Media Tumbuh Terhadap Bibit
Kakao. Bull. No. 16 Bagian Penelitian PTP IX .
Harjadi , S.S.
1979. Pengantar Agronomi . PT. Gramedia Jakarta.
Lingga , P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lita , S. 1989. Teknologi
Benih. CV Rajawali. Jakarta.
Saleh, M. 1978. Percobaan
Pemupukan Melalui Daun Pada Bibit Karet. Menara Perkebunan . 45 (3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar