Senin, 19 Mei 2014

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK


BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK
Sistem pertanian organik merupakan sistem pertanian yang mendorong terbentuknya tanah, tanaman dan hewan yang sehat. Dilaksanakan dengan praktik-praktik budidaya dengan penggunaan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, serta menghindarkan penggunaan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida.
Pada prinsipnya pertanian organik lebih menekankan keselarasan secara alamiah serta tidak merusak dan mencemarkan lingkungan. Pertanian organik mengarah kepada penggunaan input eksternal yang rendah. Secara ekologis merupakan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan.
Pertanian organik dengan pemberdayaan potensi alam secara efisien dengan sentuhan teknologi serta menggunakan organik-input dan bio-input, menjadi harapan bagi pengembangan budidaya tanaman di masa yang akan datang. Pengembangan sistem pertanian organik juga akan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang harganya semakin melambung tinggi. Dan beralih dengan pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, pupuk organik kasting (kotoran cacing tanah) dapat meningkatkan hasil pada tanah sawah.
           Penggunaan bahan organik di lahan sawah mutlak diperlukan untuk menjaga agar kesuburan tanah dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Fungsi bahan organik sangat penting dalam hal memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, agar komponen udara, air, mineral, dan bahan organik selalu dalam keadaan seimbang sehingga keadaan ekosistem pada tanah akan seimbang.
           
Pertanian organik bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan petani, menekan semua bentuk polusi yang dihasilkan kegiatan pertanian, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, meningkatkan dan menjaga produktifitas lahan pertanian dalam jangka panjang, menghasilkan pangan yang cukup aman dan berkualitas, memelihara kelestarian SDA dan lingkungan serta menciptakan lapangan kerja baru. Pertanian organik (organic Farming)  semakin populer belakangan ini. Polusi secara umum dan keracunan makanan karena bahan kimia serta gangguan terhadap kesehatan manusia dan llingkungan telah menyebabkan sebagian manusia (jumlahnya semakin membesar) bangkit kesadarannya dan beralih mengkonsumsi makanan organik. Dalam beberapa kasus banyak disebut sebagai BACK TO NATURE














Langkah-langkah  Budidaya Tanaman Padi Organik
A. Pengolahan lahan
            Lahan dibajak dengan menggunakan Hand Traktor ataupun binatang peliharaan seperti kerbau atau sapi, yang penting tanah dapat dibalik sampai jerami yang berada diatas tanah berada didalam tanah (tertutup tanah), kedalam bajakan mencapai + 20 cm. Sambil mempebaiki pematang (mopok galeng). Dibiarkan selama 5 – 6 hari, kemudian dilakukan perataan (digaru).
      B. Penebaran Pupuk Organik
            Penebaran pupuk organik dilakukan pada saat satu hari sebelum tanam,. Pada lahan 1 ha. yang baru pertama digunakan untuk budidaya organik membutuhkan pupuk organik 7 – 10 ton, Namun setelah beberapa kali dipergunakan untuk organik penggunaan pupuk organik semakin berkurang (tanah sudah mulai subur) sehingga penggunaan pupuk organik setiap hektarnya  2 – 3 ton/ha. Pupuk ditebar secara merata dengan cara pengaturan jarak penempatan karung yang berisi pupuk kompos, sehingga akan mempermudah didalam penebarannya.

C. Pemilihan Benih Padi dan Penyemaian Benih Padi
            Sebelum dilakukan penebaran benih, benih padi perlu dilakukan seleksi atau sortasi dengan cara benih direndam kedalam larutan garam, sehingga diharapkan benih yang tenggelam akan dipergunakan untuk penyemaian, sementara benih yang mengapung tidak dipakai. Bahan dan alat yang digunakan adalah bak semai bisa dari kayu atau plastik dan media semai (kompos). Bak diisi dengan kompos kemudian diratakan dan disiram dengan air sampai merata setelah itu benih ditebar merata atau dengan larikan baru ditutup dengan kompos halus. Kebutuhan benih 10 – 15 kg/ha. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari dan ditempatkan yang terlindung dari gangguan hewan, setelah bibit berumur 7 – 10 hari sudah bisa untuk ditanam.    
D. Penanaman
            Lahan yang akan ditanami harus dalam kondisi tidak ada air/kering (nyemek-nyemek) selama 2 - 3 hari, setelah itu baru dilakukan penanaman  menggunakan jarak 22 x 22 cm, 25 x 25 cm, atau 30 x 30 cm.  Pengukuran jarak dengan menggunakan tali tambang yang sudah dikasih tanda sebagai ukuran atau digaris, sehingga mempermudah untuk penanaman. Penanaman padi ada 2 cara yaitu dengan sistem tegel dan legowo (2, 3, 4 dan 5 baris) pada saat tanam bibit diletakan pada titik pertemuan garis dengan cara menenggelamkan sebatas leher akar (setiap titik pertemuan satu tanaman). Penanaman padi dengan bibit yang sangat muda harus berhati-hati sehingga tenaga kerja lebih banyak.




E. Pemberian Stater (Pupuk UREA)
            Pemberian stater ini dilakukan apabila melihat kondisi tanaman kurang subur atau terlambat dan hanya memacu untuk pertumbuhannya saja, biasanya diberikan pada tanaman padi umur 10 -15 setelah tanam  dengan cara ditebar merata, untuk 1 (satu) ha. Lahan tanaman padi  + 200 kg Urea. Apabila pertumbuhan tanaman padi subur maka tidak perlu diberikan stater (urea). Setelah penanaman berulang kali dengan menggunakan sistem organik stater sudah tidak perlu lagi digunakan.
F. Penggasrokan
            Sebelum dilakukan penggasrokan tanaman padi perlu diairi, agar mempermudah pengerjaannya. Penggasrokan dilakukan 3 – 5 kali, ini diharapkan agar tanah selalu dalam kondisi gembur sehingga mempercepat tumbuhnya rumpun/anakan tanaman padi,  umur tanaman padi 1 (satu) bulan jumlah 1 rumpun rata-rata 30 batang.

G. Penyemprotan
            Penyemprotan dilakukan apabila terdapat tanda-tanda adanya serangan hama ataupun penyakit pada tanaman padi, tanaman diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui serangan hama atau penyakit yang ada, sehingga dapat menentukan obat yang akan digunakan. Disamping untuk mengendalikan hama dan penyakit penyemprotan juga untuk menambah kesuburan tanaman, karena obat yang digunakan mengandung berbagai unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman padi. Obat yang digunakan untuk menyemprot adalah air kencing (urine) sapi murni + campuran empon-empon + pisang ambon dan tetes tebu yang sudah difermentasi selama + 1 bulan di dalam drum plastik.
H. Pengairan
Tanaman padi organik didalam pengairannya tidak seperti pada tanaman padi anorganik, ini dikarenakan pada tanaman padi organik tidak banyak membutuhkan air namun pengairannya diatur agar tanah tidak kering, diharapkan tanah cukup basah (nyemek-nyemek). Pengairan dilakukan setelah tanaman berumur 10 -15 hari setelah tanam dan pengairan berikutnya menjelang penggasrokan atau penyiangan dilakukan kemudian air dibuang. Dalam keadaan permukaan kering namun kalau diinjak tanahnya masih basah, ini berarti pengikatan air dalam tanah sangat baik dengan adanya pupuk organik tersebut.

3.    Penyiangan
            Penyiangan pada tanaman padi dilakukan apabila terdapat gulma yang mengganggu tanaman, gulma dengan cara dicabut kemudian dimasukkan kedalam tanah agar lama kelamaan akan menjadi humus sehingga dapat menyuburkan tanah. Penyiangan tanaman padi organik dilakukan  3 – 4 kali.
J. Pemanenan       

            Tanaman padi organik dilakukan pemanenan apabila sudah berumur 95 – 110 hari setelah tanam (tergantung cuaca). Dengan cara diarit batang padinya setelah itu dimasukkan kedalam mesin perontok atau digebyok. Hasil rata-rata 1 ha. tanaman padi mencapai 8 - 10 ton padi/ha.)






K. Pemasaran

            Hasil padi organik harganya lebih unggul dari pada non organik berkisar antara Rp. 300 – 500/kg, hasil beras organik dipasarkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar dll. Harga 1 kg. beras organik mencapai Rp. 7000 - 8000 (eceran) 













ANALISIS BUDIDAYA TANAMAN PADI ORGANIK
DALAM 1 (SATU) HA
A.   TENAGA KERJA
1.  Pengolahan tanah                                                   Rp.    500.000
2.  Perbaikan pematang                                               Rp.    225.000
3.  Penebaran pupuk organik                                     Rp.      90.000
4.  Membuat pesemaian                                               Rp.      60.000
5.  Menebar benih                                                         Rp.      30.000
6.  Menyabut benih                                                       Rp.    120.000
7.  Tanam                                                                        Rp.    300.000
8.  Gasrok                                                                        Rp.    300.000
9.  Menyiang                                                                   Rp.    200.000
10. Penyemprotan                                                         Rp.    150.000
11. Pengairan                                                                Rp     150.000
12. Pemanenan                                                             Rp.    700.000
13. Sewa tanah 1 Ha. 1 (satu) musim tanam           Rp. 1.500.000
                                                           Jumlah A.      Rp. 4.325.000

B.   BAHAN  
1.  Pupuk organik  10.000 kg x Rp. 400                     Rp.4.000.000
2.  Benih 15 kg x Rp. 7000                                           Rp.   105.000
3.  Urine  50 Lt x Rp. 3000                                            Rp.   150.000
                                                    Jumlah B.                   Rp.4.255.000
Total  Jumlah A + B  =  Rp. 8.580.000

C.   TAKSIRAN HASIL
Hasil tanaman padi 1 Ha.BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK
Sistem pertanian organik merupakan sistem pertanian yang mendorong terbentuknya tanah, tanaman dan hewan yang sehat. Dilaksanakan dengan praktik-praktik budidaya dengan penggunaan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, serta menghindarkan penggunaan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida.
Pada prinsipnya pertanian organik lebih menekankan keselarasan secara alamiah serta tidak merusak dan mencemarkan lingkungan. Pertanian organik mengarah kepada penggunaan input eksternal yang rendah. Secara ekologis merupakan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan.
Pertanian organik dengan pemberdayaan potensi alam secara efisien dengan sentuhan teknologi serta menggunakan organik-input dan bio-input, menjadi harapan bagi pengembangan budidaya tanaman di masa yang akan datang. Pengembangan sistem pertanian organik juga akan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang harganya semakin melambung tinggi. Dan beralih dengan pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, pupuk organik kasting (kotoran cacing tanah) dapat meningkatkan hasil pada tanah sawah.
           Penggunaan bahan organik di lahan sawah mutlak diperlukan untuk menjaga agar kesuburan tanah dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Fungsi bahan organik sangat penting dalam hal memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, agar komponen udara, air, mineral, dan bahan organik selalu dalam keadaan seimbang sehingga keadaan ekosistem pada tanah akan seimbang.
           
Pertanian organik bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan petani, menekan semua bentuk polusi yang dihasilkan kegiatan pertanian, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, meningkatkan dan menjaga produktifitas lahan pertanian dalam jangka panjang, menghasilkan pangan yang cukup aman dan berkualitas, memelihara kelestarian SDA dan lingkungan serta menciptakan lapangan kerja baru. Pertanian organik (organic Farming)  semakin populer belakangan ini. Polusi secara umum dan keracunan makanan karena bahan kimia serta gangguan terhadap kesehatan manusia dan llingkungan telah menyebabkan sebagian manusia (jumlahnya semakin membesar) bangkit kesadarannya dan beralih mengkonsumsi makanan organik. Dalam beberapa kasus banyak disebut sebagai BACK TO NATURE














Langkah-langkah  Budidaya Tanaman Padi Organik
A. Pengolahan lahan
            Lahan dibajak dengan menggunakan Hand Traktor ataupun binatang peliharaan seperti kerbau atau sapi, yang penting tanah dapat dibalik sampai jerami yang berada diatas tanah berada didalam tanah (tertutup tanah), kedalam bajakan mencapai + 20 cm. Sambil mempebaiki pematang (mopok galeng). Dibiarkan selama 5 – 6 hari, kemudian dilakukan perataan (digaru).
      B. Penebaran Pupuk Organik
            Penebaran pupuk organik dilakukan pada saat satu hari sebelum tanam,. Pada lahan 1 ha. yang baru pertama digunakan untuk budidaya organik membutuhkan pupuk organik 7 – 10 ton, Namun setelah beberapa kali dipergunakan untuk organik penggunaan pupuk organik semakin berkurang (tanah sudah mulai subur) sehingga penggunaan pupuk organik setiap hektarnya  2 – 3 ton/ha. Pupuk ditebar secara merata dengan cara pengaturan jarak penempatan karung yang berisi pupuk kompos, sehingga akan mempermudah didalam penebarannya.

C. Pemilihan Benih Padi dan Penyemaian Benih Padi
            Sebelum dilakukan penebaran benih, benih padi perlu dilakukan seleksi atau sortasi dengan cara benih direndam kedalam larutan garam, sehingga diharapkan benih yang tenggelam akan dipergunakan untuk penyemaian, sementara benih yang mengapung tidak dipakai. Bahan dan alat yang digunakan adalah bak semai bisa dari kayu atau plastik dan media semai (kompos). Bak diisi dengan kompos kemudian diratakan dan disiram dengan air sampai merata setelah itu benih ditebar merata atau dengan larikan baru ditutup dengan kompos halus. Kebutuhan benih 10 – 15 kg/ha. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari dan ditempatkan yang terlindung dari gangguan hewan, setelah bibit berumur 7 – 10 hari sudah bisa untuk ditanam.    
D. Penanaman
            Lahan yang akan ditanami harus dalam kondisi tidak ada air/kering (nyemek-nyemek) selama 2 - 3 hari, setelah itu baru dilakukan penanaman  menggunakan jarak 22 x 22 cm, 25 x 25 cm, atau 30 x 30 cm.  Pengukuran jarak dengan menggunakan tali tambang yang sudah dikasih tanda sebagai ukuran atau digaris, sehingga mempermudah untuk penanaman. Penanaman padi ada 2 cara yaitu dengan sistem tegel dan legowo (2, 3, 4 dan 5 baris) pada saat tanam bibit diletakan pada titik pertemuan garis dengan cara menenggelamkan sebatas leher akar (setiap titik pertemuan satu tanaman). Penanaman padi dengan bibit yang sangat muda harus berhati-hati sehingga tenaga kerja lebih banyak.




E. Pemberian Stater (Pupuk UREA)
            Pemberian stater ini dilakukan apabila melihat kondisi tanaman kurang subur atau terlambat dan hanya memacu untuk pertumbuhannya saja, biasanya diberikan pada tanaman padi umur 10 -15 setelah tanam  dengan cara ditebar merata, untuk 1 (satu) ha. Lahan tanaman padi  + 200 kg Urea. Apabila pertumbuhan tanaman padi subur maka tidak perlu diberikan stater (urea). Setelah penanaman berulang kali dengan menggunakan sistem organik stater sudah tidak perlu lagi digunakan.
F. Penggasrokan
            Sebelum dilakukan penggasrokan tanaman padi perlu diairi, agar mempermudah pengerjaannya. Penggasrokan dilakukan 3 – 5 kali, ini diharapkan agar tanah selalu dalam kondisi gembur sehingga mempercepat tumbuhnya rumpun/anakan tanaman padi,  umur tanaman padi 1 (satu) bulan jumlah 1 rumpun rata-rata 30 batang.

G. Penyemprotan
            Penyemprotan dilakukan apabila terdapat tanda-tanda adanya serangan hama ataupun penyakit pada tanaman padi, tanaman diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui serangan hama atau penyakit yang ada, sehingga dapat menentukan obat yang akan digunakan. Disamping untuk mengendalikan hama dan penyakit penyemprotan juga untuk menambah kesuburan tanaman, karena obat yang digunakan mengandung berbagai unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman padi. Obat yang digunakan untuk menyemprot adalah air kencing (urine) sapi murni + campuran empon-empon + pisang ambon dan tetes tebu yang sudah difermentasi selama + 1 bulan di dalam drum plastik.
H. Pengairan
Tanaman padi organik didalam pengairannya tidak seperti pada tanaman padi anorganik, ini dikarenakan pada tanaman padi organik tidak banyak membutuhkan air namun pengairannya diatur agar tanah tidak kering, diharapkan tanah cukup basah (nyemek-nyemek). Pengairan dilakukan setelah tanaman berumur 10 -15 hari setelah tanam dan pengairan berikutnya menjelang penggasrokan atau penyiangan dilakukan kemudian air dibuang. Dalam keadaan permukaan kering namun kalau diinjak tanahnya masih basah, ini berarti pengikatan air dalam tanah sangat baik dengan adanya pupuk organik tersebut.

3.    Penyiangan
            Penyiangan pada tanaman padi dilakukan apabila terdapat gulma yang mengganggu tanaman, gulma dengan cara dicabut kemudian dimasukkan kedalam tanah agar lama kelamaan akan menjadi humus sehingga dapat menyuburkan tanah. Penyiangan tanaman padi organik dilakukan  3 – 4 kali.
J. Pemanenan       

            Tanaman padi organik dilakukan pemanenan apabila sudah berumur 95 – 110 hari setelah tanam (tergantung cuaca). Dengan cara diarit batang padinya setelah itu dimasukkan kedalam mesin perontok atau digebyok. Hasil rata-rata 1 ha. tanaman padi mencapai 8 - 10 ton padi/ha.)






K. Pemasaran

            Hasil padi organik harganya lebih unggul dari pada non organik berkisar antara Rp. 300 – 500/kg, hasil beras organik dipasarkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar dll. Harga 1 kg. beras organik mencapai Rp. 7000 - 8000 (eceran) 













ANALISIS BUDIDAYA TANAMAN PADI ORGANIK
DALAM 1 (SATU) HA
A.   TENAGA KERJA
1.  Pengolahan tanah                                                   Rp.    500.000
2.  Perbaikan pematang                                               Rp.    225.000
3.  Penebaran pupuk organik                                     Rp.      90.000
4.  Membuat pesemaian                                               Rp.      60.000
5.  Menebar benih                                                         Rp.      30.000
6.  Menyabut benih                                                       Rp.    120.000
7.  Tanam                                                                        Rp.    300.000
8.  Gasrok                                                                        Rp.    300.000
9.  Menyiang                                                                   Rp.    200.000
10. Penyemprotan                                                         Rp.    150.000
11. Pengairan                                                                Rp     150.000
12. Pemanenan                                                             Rp.    700.000
13. Sewa tanah 1 Ha. 1 (satu) musim tanam           Rp. 1.500.000
                                                           Jumlah A.      Rp. 4.325.000

B.   BAHAN  
1.  Pupuk organik  10.000 kg x Rp. 400                     Rp.4.000.000
2.  Benih 15 kg x Rp. 7000                                           Rp.   105.000
3.  Urine  50 Lt x Rp. 3000                                            Rp.   150.000
                                                    Jumlah B.                   Rp.4.255.000
Total  Jumlah A + B  =  Rp. 8.580.000

C.   TAKSIRAN HASIL
Hasil tanaman padi 1 Ha.
Menghasilkan padi sebanyak  7000 kg x Rp  2200  = Rp. 15.400.000
Hasil bersih  Rp. 15.400.000 -  Rp. 8.580.000 = Rp. 6.820.000

DAFTAR PUSTAKA

1.      Cipto Mulyo Ketua Kelompok Tani Mulyo dalam pembuatan pupuk organik dan obat-obat pengendali hama atau penyakit secara hayati 2005.
2.      Joyo Hadikusumo dalam Ririen, P., 2000 dan dalam Kartini 2003
3.      Rachman   Michael Berney, Apa itu Pertanian Organik, VEDCA swiss    contak. 1999
4.      Seomartono, Bercocok Tanam Padi. CB. Yasaguna. Jkt. 1980
5.      Sutanto,R, Penerapan Pertanian Organik Kanisius, Jogyakarta,2002.
6.      Sugito (2000) dalam Kartini (2003)
7.      Winarno F.G kotoran ternak dan pupuk kompos  . 2002


Menghasilkan padi sebanyak  7000 kg x Rp  2200  = Rp. 15.400.000
Hasil bersih  Rp. 15.400.000 -  Rp. 8.580.000 = Rp. 6.820.000

DAFTAR PUSTAKA

1.      Cipto Mulyo Ketua Kelompok Tani Mulyo dalam pembuatan pupuk organik dan obat-obat pengendali hama atau penyakit secara hayati 2005.
2.      Joyo Hadikusumo dalam Ririen, P., 2000 dan dalam Kartini 2003
3.      Rachman   Michael Berney, Apa itu Pertanian Organik, VEDCA swiss    contak. 1999
4.      Seomartono, Bercocok Tanam Padi. CB. Yasaguna. Jkt. 1980
5.      Sutanto,R, Penerapan Pertanian Organik Kanisius, Jogyakarta,2002.
6.      Sugito (2000) dalam Kartini (2003)
7.      Winarno F.G kotoran ternak dan pupuk kompos  . 2002


Tidak ada komentar:

Posting Komentar