Senin, 19 Mei 2014

jenis jenis karet alam dan karet sintetis


Jenis – Jenis Karet Alam

Ada beberapa jenis karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang
diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.

Jenis – jenis karet alam yang dikenal luas adalah
1. Bahan olah karet (latek kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar)
2. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate brown    crepe, compo crepe thin brown crepe remills, thick blacket ambers, flat bark crepe, pure smoked blanket crepe, dan off crepe)
3. Lateks pekat
4. Karet bongkah atau block rubber
5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
6. Karet siap olah (tdyre rubber)
7. Karet reklim (rechlaimed rubber)

 Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh
di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, sesungguhnya karet alam belum dapat
digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimilikikaret alam
sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan karet alam yang tidak
dimilii oleh karet sintetis adalah:
- Memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pwngolahan nya cukup mudah
- Tidak mudah panas
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan

Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan yang
terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan
supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah
tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami
kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet
alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa
turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya.

Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari pohon karet Haeva brasiliensis. Bahan olahan karet menurut
pengolahannya dibagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Lateks Kebun
Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari sadap pohon karet. Cairan
getah ini belum mengalami penggumpalan baik itu dengan tambahan ataupun
tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).

2. Sheet Angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah
disaring dan digumpalkan dengan asam formiat, berupa sheet yang sudah
digiling tetapi belum jadi.

3. Slab Tipis
Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam formiat dalam bak penampung.

4. Lump Segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang berasal dari lateks kebun yang
dikoagulasi dengan asam formiat di dalam mangkok (cup).

Karet alam konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional.
Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Menurut
buku Green book yang dikeluarkan oleh International Rubber Quality and Packing
Conferencei (IRQPC), karet alam konvensional dimasukkan kedalam beberapa
golongan mutu.

Jenis – jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional menurut Green
Book adalah sebagai berikut :
1. Ribbed smoked sheet
2. White crepe dan pale crepe
3. Estate brown crepe
4. Compo crepe
5. Thin brown crepe remills
6. Thick blanket crepes ambers
7. Flat bark crepe
8. Pure smoked blanket crepe
9. Off crepe

Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat
melalui proses pendadihan atau creamed latex dan melalui proses pemusingan atau
cetruged latex. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan –
bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

Karet bongkah atau block rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang relah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela – bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada
yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.

Karet spesifikasi teknis atau Crumb Rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat – sifat teknis.
Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya karet
spesifikasi teknis. Karet sintesis yang permintaannya cenderung meningkat memiliki
jaminan mutu dalam setiap bandelanya. Keterangan sifat teknis serta keistimewaan
tiap jenis mutu karet sintesis disertakan pula. Hal ini diterapkan juga pada karet
spesifikasi teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil, berat dan ukurannya
seragam, ada sertifikat uji coba laboratorium dan ditutup dengan lembaran plastik
polietilen.
Tyre rubber
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang
setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan
ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber
sudah dibuat di Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintesis. Tyre rubber juga
memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan
karet sintesis.

Karet reklim atau Reclaim Rubber
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang – barang karet
bekas, terutama ban – ban mobil bekas dan bekas ban – ban berjalan. Karenanya,
boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrab yang sudah
divulkanisir.
Alexander Parkes adalah orang yang pertama kali mengusahakan jenis karet
ini pada tahun 1846. Sampai sekarang ternyata karet reklim tetap dibutuhkan, bahkan
dalam jumlah yang besar. Biasanya karet reklim banyak digunakan sebagai bahan
campuran sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang
dimilikinya juga baik. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan tahan lama
dipakai.
Kelemahan karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan
sesuai dengan sifatnya sebagai karet bekas pakai. Oleh karena itu karet reklim kurang
baik digunakan untuk membuat ban.

Karet sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak
bumi. Pengembangan karet sintetis secara besar – besaran dilakukan sejak zaman
Perang Dunia II. Negara – negara industri maju merupakan pelopor berkmbangnya
jenis – jenis karet sintetis. Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal. Biasanya tiap
jenis memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau
suhu tinggi, minyak, pengaruh udara dan bahkan ada yang kedap gas.
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, ada 2 macam karet yang dikenal, yaitu
- Karet sintetis yang digunakan secara umum
- Karet sintetis yang digunakan untuk keperluan khusus
Karet sintetis untuk kegunaan umum
Karet sintetis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan, banyak
fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis – jenis karet sintetis untuk
kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :

1.SBR (Stirena Butadiena Rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah. Namun, SBR yang tidak diberi tambahan bahan
penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibanding vulkanisat karet alam.

2. BR (Butadiena rubber) atau Polybutadiena Rubber
Dibandingkan dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih
rendah dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet ini jarang digunkan
tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet
alam atau SBR

3. IR (Isoprene Rubber) atau polyisoprene rubber
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama – sama merupakan
polimer isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan
karet alam, walupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih
mantap.

Karet sintetis untuk kegunaan khusus
Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang
tidak dipunyai karet sintetis untuk kegunaan umum. Sifat yang sekaligus mejadi
kelbihannya ini adalah tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi serta
kedap terhadap gas. Beberapa jenis karet sintetsi untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya sebagai berikut :

1. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap
sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga
terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat
matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat
jeleknya, IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya
bila akan diolah menjadi suatu barang. Sekarang telah dikembangkan IIR jenis
bromtimol biru dan klorobutil yang cepat matang pada proses vulkanisasinya

2. NBR (Nytril Butadiene Rubber) atau acylonytrile butadiene rubber
NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak.
Sekalipun didalam minyak, karet ini tidak mengembang. Sifat ini disebabkan
oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Senakin besar akrilonitril yang
dimiliki, maka daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin semakin tinggi,
tetapi elastisitasnya semakin berkurang

3. CR (Chloroprene Rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR
ketahanannya masih kurang. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh
terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi
dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan
bahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan kedalam CR
untuk proses pengilahan yang baik.

4. EPR (Ethylene Propylene Rubber)
Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari,
ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya
lekat yang rendah.

Sifat Karet
1. Pengaruh komponen bukan karet (non-rubber)
Kandungan bukan lateks yang terdiri dari air dan senyawa – senyawa protein,
lipida, karbohidrat, serta ion-ion anorganik mempengaruhi sifat karet.
Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi
partikel karet (memantapkan lateks), juga berfungsi sebagai antioksidan
alamiah dan bahan pencepat (accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi
karet. Oleh karet itu dalam penanganan bahan olah (lateks kebun atau
koagulum) dan dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat, RSS atau SIR)
komponen non karet protein dan lipid harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya
protein dan lipid dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat
terjadinya pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakana mikroba.
Menjaga kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan peralatan serta pengawetan serta mencegah terjadinya proses
pencucian yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis
kandungan protein dan lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara
mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah.
Kandungan ion-ion anorganik (Ca, Mg, Fe,Cu, dll) berkorelasi dengan
kadar abu didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam
semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena
umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet.
Dalam penanganan bahan oleh karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan
lain-lain harus dihindarkan.

2. Pengaruh struktur kimia karet
Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4
poliisopren. Rumus umum moinomer karet alam adalah (C5H8)n. n adalah
derajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam
rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000 – 15.000.

Komponen Karet
Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa
jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks
diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut
pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki
inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitoplasma.
Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi
proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.
Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi
di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan
bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai
macam zat. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber)
dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah
mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5%
jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau
tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan
bentuk partikel bulat sampai lonjong.
Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula,
(poli)terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya
berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan
bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian
yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata
yang disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang terlarut dalam air, seperti protein,
garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua
adalah bagian yang didispersikan, terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan
tipis protein. Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai
peran penting dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Lateks
merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di
dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan
terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel karet di dalam lateks
terletak tidak saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing
partikel memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan
gerak brown. Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga
partikel karet bermuatan listrik.
Karet Alam & Karet Sintetis
Karet alam, yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis, terutama poli-cisisoprena mengandung jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Meskipun bersifat sangat baik dalam hal kinerja mekanik, namun karet alam sering kalah dengan karet sintetis tertentu, terutama yang berkaitan dengan stabilitas termal dan kompatibilitas dengan produk minyak bumi. Karet sintetis dibuat dengan polimerisasi berbagai pre-kursor berbasis minyak bumi disebutmonomer. Jenis karet sintetis yang paling umum adalah Stirena-Butadiena (SBR) yang berasal dari kopolimerisasi Stirena dan 1,3 Butadiena. Karet sintetis lainnya dibuat dari Isoprena (2 methil & 1,3 Butadiena), Chlorophene (2 Kloro & 1,3 Butadiena), dan Isobutilena (MethylProphene).Monomer ini dapat dicampur dalam berbagai proporsi untuk di kopolimerisasikan guna menghasilkan produk dengan berbagai sifat fisik, mekanik, dan kimia. Monomer dapat diproduksi murni, penambahan additif dapat dikontrol guna memberikan sifat yang optimal.
Sejarah
Pada tahun 1879, Bouchardat menciptakan salah satu bentuk karet sintetis, yang disebut Polimer Isoprena. Perluasan penggunaan kendaraan bermotor, dan ban kendaraan bermotor khususnya, yang dimulai pada tahun 1890, menciptakan peningkatan akan permintaan karet. Pada tahun 1909, sebuah tim yang dipimpin oleh Fritz Hofmann, bekerja di laboratorium Bayer di Elberfeld, Jerman, juga berhasil mem-polimerisasi Metil Isoprena, karet sintetis pertama. Ilmuwan Rusia Sergei Vasiljevich Lebedev menciptakan polimer karet pertama disintesis dari Butadiena pada tahun 1910. Bentuk karet sintetis memberikan dasar untuk produksi komersial skala besar, yang terjadi selama Perang Dunia I sebagai akibat dari berkurangnya karet alam. Bentuk awal karet sintetis lagi-lagi diganti dengan karet alam setelah perang berakhir, namun penyelidikan mengenai karet sintetis terus berlanjut. Ivan Ostromislensky melakukan penelitian awal yang signifikan pada karet sintetis dan beberapa monomer pada awal abad 20. Masalah politik yang dihasilkan dari fluktuasi besar dalam biaya karet alam menyebabkan diberlakukannya UU Stevenson pada tahun 1921. Tindakan ini pada dasarnya menciptakan sebuah kartel yang mengatur produksi.
 Tabel Karet Sintetis
Code
Nama Teknis
Nama Umum
ACM
Polyacrylate Rubber
-
AEM
Ethylene-acrylate Rubber
-
AU
Polyester Urethane
-
BIIR
Bromo Isobutylene Isoprene
Bromobutyl
BR
PolyButadiena
Buna CB
CIIR
Chloro Isobutylene Isoprene
Chlorobutyl, Butyl
CR
PolyChlorophene
Chlorophrene, Neoprene
CSM
Chlorosulphonated Polyethylene
Hypalon
ECO
EpiChlorohydrene
ECO, Epichlorohydrin, Epichlore, Epichloridrine, Herclor, Hydrin
EP
Ethylene Propylene
-
EPDM
Ethylene Propylene Diene Monomer
EPDM, Nordel
EU
Polyether Urethane
-
FFKM
Perfluorocarbon Rubber
-
FKM
Fluoronated Hydrocarbon
Viton, Kalrez, Fluorel, Chemraz
FMQ
Fluoro Silicone
FMQ, Sillicone Rubber
FPM
Fluorocarbon Rubber
-
HNBR
Hydrogenated Nitrile Butadiene
HNBR
IR
PolyIsophrene
(Synthetic) Natural Rubber
IIR
Isobutylene Isophrene Butyl
Butyl
NBR
Acrylonitrile Butadiene
NBR, Nitrile Rubber, Perbunan, Buna-N
PU
PolyUrethane
PU, Polyurethane
SBR
Styrene Buthadiene
SBR, Buna-S, GRS, Buna VSL, Buna SE
SEBS
Styrene Ethylene Butylene Styrene Copolymer
SEBS Rubber
SI
Polysiloxane
Sillicone Rubber
VMQ
Vinyl Methyl Silicone
Sillicone Rubber
XNBR
Acrylonitrile Butadiene Carboxy Monomer
XNBR, Carboxylated Nitrile
XSBR
Styrene Butadiene Carboxy Monomer
-
YBPO
Thermoplastic Polyether-ester
-
YSBR
Styrene Butadiene Block Copolymer
-
YXSBR
Styrene Butadiene Carboxy Block Copolymer
-





DAFTAR PUSTAKA
1.      Aidi-Daslin, A.Suhaimi,dan Nong Alwi, 1988.  Perkembangan plasma nutfah hasil ekspedisi IRRDB. 12-14 Januari 1988
2.      Alwi,N.,dan Irwan Suhendry. 1992 country report on :Collection, Conservation, and Evaluation of Heva Germplasm in Indonesia. IRRBD anual meeting, Jakarta,25-29 October 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar