Jenis – Jenis
Karet Alam
Ada
beberapa jenis karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan
olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang
diolah kembali
berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.
Jenis – jenis karet alam yang dikenal luas adalah
1. Bahan olah
karet (latek kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar)
2. Karet
konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate brown
crepe, compo crepe thin brown crepe
remills, thick blacket ambers, flat bark crepe, pure smoked blanket crepe, dan
off crepe)
3. Lateks pekat
4. Karet
bongkah atau block rubber
5. Karet
spesifikasi teknis atau crumb rubber
6. Karet siap
olah (tdyre rubber)
7. Karet reklim
(rechlaimed rubber)
Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis
Walaupun
karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh
di bawah karet
sintetis atau karet buatan pabrik, sesungguhnya karet alam belum dapat
digantikan oleh
karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimilikikaret alam
sulit
ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan karet alam yang
tidak
dimilii oleh
karet sintetis adalah:
- Memiliki daya
elastisitas atau daya lenting yang sempurna
- Memiliki
plastisitas yang baik sehingga pwngolahan nya cukup mudah
- Tidak mudah
panas
- Memiliki daya
tahan yang tinggi terhadap keretakan
Walaupun
demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan yang
terhadap
berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan
supaya tetap
stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah
tertentu, maka
biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami
kesulitan. Hal
seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet
alam selalu
mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa
turun drastis
sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya.
Bahan olah
karet
Bahan
olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang
diperoleh dari
pohon karet Haeva brasiliensis. Bahan olahan karet menurut
pengolahannya
dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Lateks Kebun
Lateks
kebun adalah cairan getah yang didapat dari sadap pohon karet. Cairan
getah ini belum
mengalami penggumpalan baik itu dengan tambahan ataupun
tanpa bahan
pemantap (zat antikoagulan).
2. Sheet Angin
Sheet
angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang
sudah
disaring dan
digumpalkan dengan asam formiat, berupa sheet yang sudah
digiling tetapi
belum jadi.
3. Slab Tipis
Slab
tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang
sudah
digumpalkan
dengan asam formiat dalam bak penampung.
4. Lump Segar
Lump
segar adalah bahan olah karet yang berasal dari lateks kebun
yang
dikoagulasi
dengan asam formiat di dalam mangkok (cup).
Karet alam
konvensional
Ada
beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional.
Jenis itu pada
dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.
Menurut
buku Green
book yang dikeluarkan oleh International Rubber Quality and Packing
Conferencei (IRQPC),
karet alam konvensional dimasukkan kedalam beberapa
golongan mutu.
Jenis – jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional
menurut Green
Book adalah
sebagai berikut :
1. Ribbed
smoked sheet
2. White
crepe dan pale crepe
3. Estate
brown crepe
4. Compo
crepe
5. Thin
brown crepe remills
6. Thick
blanket crepes ambers
7. Flat bark
crepe
8. Pure
smoked blanket crepe
9. Off crepe
Lateks pekat
Lateks
pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau
padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat
melalui proses
pendadihan atau creamed latex dan melalui proses pemusingan atau
cetruged latex.
Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan –
bahan karet
yang tipis dan bermutu tinggi.
Karet bongkah atau
block rubber
Karet
bongkah adalah karet remah yang relah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela
– bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada
yang berwarna
muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
Karet
spesifikasi teknis atau Crumb Rubber
Karet
spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu
teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat – sifat teknis.
Persaingan
karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya karet
spesifikasi
teknis. Karet sintesis yang permintaannya cenderung meningkat memiliki
jaminan mutu
dalam setiap bandelanya. Keterangan sifat teknis serta keistimewaan
tiap jenis mutu
karet sintesis disertakan pula. Hal ini diterapkan juga pada karet
spesifikasi
teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil, berat dan ukurannya
seragam, ada
sertifikat uji coba laboratorium dan ditutup dengan lembaran plastik
polietilen.
Tyre
rubber
Tyre
rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang
dihasilkan sebagai barang
setengah jadi
sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan
ban atau barang
yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber
sudah dibuat di
Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya dimaksudkan untuk
meningkatkan
daya saing karet alam terhadap karet sintesis. Tyre rubber juga
memiliki
kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan
karet sintesis.
Karet reklim
atau Reclaim Rubber
Karet
reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang – barang karet
bekas, terutama
ban – ban mobil bekas dan bekas ban – ban berjalan. Karenanya,
boleh dibilang
karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrab yang sudah
divulkanisir.
Alexander
Parkes adalah orang yang pertama kali mengusahakan jenis karet
ini pada tahun
1846. Sampai sekarang ternyata karet reklim tetap dibutuhkan, bahkan
dalam jumlah
yang besar. Biasanya karet reklim banyak digunakan sebagai bahan
campuran sebab
bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang
dimilikinya
juga baik. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan tahan lama
dipakai.
Kelemahan
karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan
sesuai dengan
sifatnya sebagai karet bekas pakai. Oleh karena itu karet reklim kurang
baik digunakan
untuk membuat ban.
Karet sintetis
Karet
sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak
bumi.
Pengembangan karet sintetis secara besar – besaran dilakukan sejak zaman
Perang Dunia
II. Negara – negara industri maju merupakan pelopor berkmbangnya
jenis – jenis
karet sintetis. Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal. Biasanya tiap
jenis memiliki
sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau
suhu tinggi,
minyak, pengaruh udara dan bahkan ada yang kedap gas.
Berdasarkan
tujuan pemanfaatannya, ada 2 macam karet yang dikenal, yaitu
- Karet
sintetis yang digunakan secara umum
- Karet
sintetis yang digunakan untuk keperluan khusus
Karet sintetis
untuk kegunaan umum
Karet
sintetis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan, banyak
fungsi karet
alam yang dapat digantikannya. Jenis – jenis karet sintetis untuk
kegunaan umum
diantaranya sebagai berikut :
1.SBR (Stirena Butadiena Rubber)
Jenis
SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan
digunakan.
Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang
ditimbulkan juga rendah. Namun, SBR yang tidak diberi tambahan bahan
penguat
memiliki kekuatan yang lebih rendah dibanding vulkanisat karet alam.
2. BR (Butadiena rubber) atau Polybutadiena Rubber
Dibandingkan
dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih
rendah dan
pengolahannya juga tergolong sulit. Karet ini jarang digunkan
tersendiri.
Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet
alam atau SBR
3. IR (Isoprene Rubber) atau polyisoprene rubber
Jenis
karet ini mirip dengan karet alam karena sama – sama merupakan
polimer
isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan
karet alam,
walupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet
alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih
mantap.
Karet sintetis
untuk kegunaan khusus
Jenis
ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang
tidak dipunyai
karet sintetis untuk kegunaan umum. Sifat yang sekaligus mejadi
kelbihannya ini
adalah tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi serta
kedap terhadap
gas. Beberapa jenis karet sintetsi untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan
diantaranya sebagai berikut :
1. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
IIR
sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap
sehingga
membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga
terkenal karena
kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat
matang sehingga
memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat
jeleknya, IIR
tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya
bila akan
diolah menjadi suatu barang. Sekarang telah dikembangkan IIR jenis
bromtimol biru
dan klorobutil yang cepat matang pada proses vulkanisasinya
2. NBR (Nytril Butadiene Rubber) atau acylonytrile
butadiene rubber
NBR
adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan.
Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak.
Sekalipun
didalam minyak, karet ini tidak mengembang. Sifat ini disebabkan
oleh adanya
kandungan akrilonitril didalamnya. Senakin besar akrilonitril yang
dimiliki, maka
daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin semakin tinggi,
tetapi
elastisitasnya semakin berkurang
3. CR (Chloroprene Rubber)
CR
memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR
ketahanannya
masih kurang. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh
terhadap panas
atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi
dengan belerang
melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan
bahan
pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan kedalam CR
untuk proses
pengilahan yang baik.
4. EPR (Ethylene Propylene Rubber)
Keunggulan
yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari,
ozon serta
pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya
lekat yang
rendah.
Sifat Karet
1. Pengaruh komponen bukan karet (non-rubber)
Kandungan
bukan lateks yang terdiri dari air dan senyawa – senyawa protein,
lipida, karbohidrat,
serta ion-ion anorganik mempengaruhi sifat karet.
Komponen
senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi
partikel karet
(memantapkan lateks), juga berfungsi sebagai antioksidan
alamiah dan
bahan pencepat (accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi
karet. Oleh
karet itu dalam penanganan bahan olah (lateks kebun atau
koagulum) dan
dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat, RSS atau SIR)
komponen non
karet protein dan lipid harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya
protein dan lipid
dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat
terjadinya
pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakana mikroba.
Menjaga
kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan
peralatan serta pengawetan serta mencegah terjadinya proses
pencucian yang
terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis
kandungan
protein dan lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara
mengakibatkan
sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah.
Kandungan
ion-ion anorganik (Ca, Mg, Fe,Cu, dll) berkorelasi dengan
kadar abu
didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam
semakin tinggi
kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena
umumnya sifat
logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet.
Dalam penanganan
bahan oleh karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan
lain-lain harus
dihindarkan.
2. Pengaruh struktur kimia karet
Karet
alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4
poliisopren.
Rumus umum moinomer karet alam adalah (C5H8)n.
n adalah
derajat
polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam
rantai polimer.
Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000 – 15.000.
Komponen Karet
Lateks adalah getah
kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan
membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa
jamur juga
diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks
diproduksi oleh
sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut
pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar
pembuluh tapis (floem) dan memiliki
inti banyak dan
memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitoplasma.
Apabila
jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi
proses
pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.
Lateks
terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi
di dalam air.
Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan
bukan karet
yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai
macam zat. Di
dalam lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber)
dan 60-75%
serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah
mengandung
90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5%
jenis garam
dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau
tersebar secara
merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan
bentuk partikel
bulat sampai lonjong.
Lateks
merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula,
(poli)terpena,
minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya
berwarna putih,
namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan
bahan lateks
dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian
yang
mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata
yang disebut
serum. Bahan-bahan bukan karet yang terlarut dalam air, seperti protein,
garam-garam
mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua
adalah bagian
yang didispersikan, terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan
tipis protein.
Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai
peran penting
dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Lateks
merupakan
suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di
dalamnya.
Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan
terpencar
secara homogen atau merata di dalam air. Partikel karet di dalam lateks
terletak tidak
saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing
partikel
memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan
gerak brown. Di
dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga
partikel karet
bermuatan listrik.
Karet Alam & Karet
Sintetis
Karet
alam, yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis, terutama poli-cisisoprena mengandung
jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Meskipun bersifat sangat baik dalam
hal kinerja mekanik, namun karet alam sering kalah dengan karet sintetis
tertentu, terutama yang berkaitan dengan stabilitas termal dan kompatibilitas
dengan produk minyak bumi. Karet sintetis dibuat dengan polimerisasi
berbagai pre-kursor berbasis minyak bumi disebutmonomer.
Jenis karet sintetis yang paling umum adalah Stirena-Butadiena (SBR) yang
berasal dari kopolimerisasi Stirena dan 1,3 Butadiena.
Karet sintetis lainnya dibuat dari Isoprena (2 methil &
1,3 Butadiena), Chlorophene (2 Kloro &
1,3 Butadiena), dan Isobutilena (MethylProphene).Monomer ini
dapat dicampur dalam berbagai proporsi untuk di kopolimerisasikan guna
menghasilkan produk dengan berbagai sifat fisik, mekanik, dan kimia. Monomer dapat
diproduksi murni, penambahan additif dapat dikontrol guna
memberikan sifat yang optimal.
Sejarah
Pada
tahun 1879, Bouchardat menciptakan salah satu bentuk karet sintetis, yang
disebut Polimer Isoprena. Perluasan penggunaan kendaraan bermotor,
dan ban kendaraan bermotor khususnya, yang dimulai pada tahun 1890, menciptakan
peningkatan akan permintaan karet. Pada tahun 1909, sebuah tim yang dipimpin
oleh Fritz Hofmann, bekerja di laboratorium Bayer di Elberfeld, Jerman, juga
berhasil mem-polimerisasi Metil Isoprena, karet sintetis pertama.
Ilmuwan Rusia Sergei Vasiljevich Lebedev menciptakan polimer karet pertama
disintesis dari Butadiena pada tahun 1910. Bentuk karet
sintetis memberikan dasar untuk produksi komersial skala besar, yang terjadi
selama Perang Dunia I sebagai akibat dari berkurangnya karet alam. Bentuk awal
karet sintetis lagi-lagi diganti dengan karet alam setelah perang berakhir,
namun penyelidikan mengenai karet sintetis terus berlanjut. Ivan Ostromislensky
melakukan penelitian awal yang signifikan pada karet sintetis dan beberapa
monomer pada awal abad 20. Masalah politik yang dihasilkan dari fluktuasi besar
dalam biaya karet alam menyebabkan diberlakukannya UU Stevenson pada tahun
1921. Tindakan ini pada dasarnya menciptakan sebuah kartel yang mengatur
produksi.
Tabel Karet Sintetis
Code
|
Nama Teknis
|
Nama Umum
|
ACM
|
Polyacrylate Rubber
|
-
|
AEM
|
Ethylene-acrylate
Rubber
|
-
|
AU
|
Polyester Urethane
|
-
|
BIIR
|
Bromo Isobutylene
Isoprene
|
Bromobutyl
|
BR
|
PolyButadiena
|
Buna CB
|
CIIR
|
Chloro Isobutylene
Isoprene
|
Chlorobutyl, Butyl
|
CR
|
PolyChlorophene
|
Chlorophrene,
Neoprene
|
CSM
|
Chlorosulphonated Polyethylene
|
Hypalon
|
ECO
|
EpiChlorohydrene
|
ECO,
Epichlorohydrin, Epichlore, Epichloridrine, Herclor, Hydrin
|
EP
|
Ethylene Propylene
|
-
|
EPDM
|
Ethylene Propylene
Diene Monomer
|
EPDM, Nordel
|
EU
|
Polyether Urethane
|
-
|
FFKM
|
Perfluorocarbon
Rubber
|
-
|
FKM
|
Fluoronated
Hydrocarbon
|
Viton, Kalrez,
Fluorel, Chemraz
|
FMQ
|
Fluoro Silicone
|
FMQ, Sillicone
Rubber
|
FPM
|
Fluorocarbon Rubber
|
-
|
HNBR
|
Hydrogenated Nitrile
Butadiene
|
HNBR
|
IR
|
PolyIsophrene
|
(Synthetic) Natural
Rubber
|
IIR
|
Isobutylene
Isophrene Butyl
|
Butyl
|
NBR
|
Acrylonitrile
Butadiene
|
NBR, Nitrile Rubber,
Perbunan, Buna-N
|
PU
|
PolyUrethane
|
PU, Polyurethane
|
SBR
|
Styrene Buthadiene
|
SBR, Buna-S, GRS,
Buna VSL, Buna SE
|
SEBS
|
Styrene Ethylene
Butylene Styrene Copolymer
|
SEBS Rubber
|
SI
|
Polysiloxane
|
Sillicone Rubber
|
VMQ
|
Vinyl Methyl
Silicone
|
Sillicone Rubber
|
XNBR
|
Acrylonitrile
Butadiene Carboxy Monomer
|
XNBR, Carboxylated
Nitrile
|
XSBR
|
Styrene Butadiene
Carboxy Monomer
|
-
|
YBPO
|
Thermoplastic
Polyether-ester
|
-
|
YSBR
|
Styrene Butadiene
Block Copolymer
|
-
|
YXSBR
|
Styrene Butadiene
Carboxy Block Copolymer
|
-
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aidi-Daslin,
A.Suhaimi,dan Nong Alwi, 1988.
Perkembangan plasma nutfah hasil ekspedisi IRRDB. 12-14 Januari 1988
2.
Alwi,N.,dan
Irwan Suhendry. 1992 country report on :Collection, Conservation, and Evaluation
of Heva Germplasm in Indonesia. IRRBD anual meeting, Jakarta,25-29 October 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar